Sabtu, 24 Desember 2011

Jarak


berawal dari diskusi dengan seorang teman, direncanakan ada agenda silaturahim khusus akhwat berkaitan dengan masalah yang harus segera diselesaikan katanya. usut punya usut, ternyata semuanya berasal dari sms nyelekit dari seorang saudara seiman. begini kira2 bunyinya,
"sudah beberapa kali saya melihat, kalian (akhwat-red) jalan berdua dengan laki-laki yang saya yakin bukan mahram dengan jarak yang tidak bisa saya tolerir, dengan jarak yang kalau saya bilang kemungkinan besar lengan kalian pastilah bersentuhan langsung. saya punya buktinya, jadi kalau kalian tidak ingin foto-foto iitu saya publish ke media umum, harap segera ditindaklanjuti kata-kata saya ini."
jelaslah hal ini bikin panik semua ikhwah. kita klarifikasi mau nanya, maksudnya tu ada satu akhwat tertentu yang seperti itu atau akhwat-akhwat dalam artian jamak? tapi saya kurang tau bagaimana kelanjutannya, hingga sehari berikutnya ketika kami berencana menyelenggarakan silat ADK, sms dari orang yang sama hadir lagi.
"baru kemarin saya peringatkan hari ini saya melihat lagi hal yang sama terjadi. kalian pikir saya main-main? kalau kalian tidak percaya sekarang juga foto-foto akhwat itu saya sebarkan di fb dan twitter, biar kalian malu ! dan saya yakin kalian akan menyesal !"
terang saja semuanya jadi bener-bener panik. berusaha introspeksi diri masing-masing sambil memohon agar hal itu diproses dulu, jangan langsung disebar.

itu yang terjadi. saya kurang tahu perkembangannya sekarang berhubung sebagian besar mahasiswa udah pada libur yang akhirnya terpaksa acara silatnya ditunda. berkaitan dengan sms tadi, katanya itu dari seorang ikhwah juga yang katanya "gerah" lihat cewek berjilbab sering jalan bareng dengan cowok dengan jarak yang sudah terlalu dekat.

Ok, saya tau dan yakin maksudnya si saudara tadi sangat baik. sungguh beruntung punya saudara seiman yang perhatian dan mau mengingatkan. tapi jujur, saya sedikit kesal dengan isi sms beliau. tidak, bukan berarti saya setuju dengan aksi si akhwat yang ia sebutkan di sms-nya (tidak tertutup kemungkinan mungkin akhwat yang dia maksud saya atau yang lain, astagfirullah..), hanya saja rasanya ancaman beliau saya rasa kurang tepat. alih-alih menasihati dan memproses atau tabayyun langsung dulu ke orangnya, kenapa langsung ngancam bakalan nyebarin foto? bukan apa-apa, yang saya bingungkan, bukankah si saudara yang sms tsb juga bagian dari ikhwah? kalau memang beliau seorang ikhwah, seharusnya lebih baik memakai jalan yang lebih tertata, protes dulu, diproses, tabayyun, sangsi kalau memang perlu, jangan langsung asal sebar foto. sebagai seorang saudara seiman bukannya juga menjadi kewajiban untuk mengingatkan kalau salah dan saling menjaga aib dan rahasia?  mungkin beliau sudah terlalu lelah kalau mesti nunggu proses dulu.

kembali ke kondisi tadi. tidak saya pungkiri, memang seringkali hal -hal seperti itu sulit dihindarkan. contohnya ketika berangkat menuju kelas, di jalan ketemu cowok teman sekelas, mau ga mau kita mesti nyapa kan? masa iya kita ngeloyor pergi begitu saja? cuma memang tetap saja, jarak itu perlu dijaga. jalan menuju kampus kan ga sepi, pastilah ada orang lain yang lewat juga, kalau bisa sih suruh si cowok jalan di depan atau setidaknya jaga jarak aman lah.. kalau saya sih biasanya si cowok langsung jalan di depan atau duluan malah akhirnya (itu sih karena saya pendiam dan pastinya orang lain bingung mau ngajak ngobrol tentang apa hahahaha..)

seringkali juga pas rapat berdua, atau ada keperluan dengan teman cowok yang biasanya ketemuan di taman tempat perkumpulan mahasiswa, mungkin kita berpendapat bahwa itu sesuatu yang biasa saja, toh di taman ini ramai, ga cuma berdua saja masih banyak orang lain yang lalu lalang. mungkin, tapi seperti kita tahu kawan, jilbab ini membuatmu menjadi pusat perhatian, sedikit tingkah kita yang mungkin bila dilakukan orang tak berkerudung dipandang biasa saja, tapi bila kita yang ada di posisi itu, perlakuannya beda.

"karena semua mata tertuju padamu, kau dianggap manusia setengah malaikat yang harus selalu berbuat baik dan menjadi panutan. mereka tak peduli bahwa kita juga manusia biasa tempat salah dan khilaf bermukim. tapi tak apa, usah kau cemas, karena bukankah dengan begitu membuat kita semakin berhati-hati dalam bertindak ?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar