Jumat, 19 September 2014

blog dan rahasia

Suatu kali, seorang teman  pernah memergoki saya ketika akan memposting tulisan di blog. Si teman langsung berseru heran, 
“Kamu punya blog? kok gak pernah bilang-bilang? Iih.. alamatnya apa tadi?”
Tapi saya mati-matian merahasiakan, bahkan sampai sekarang.

Mungkin ada yang pernah berpikir juga kenapa saya tak pernah mengungkapkan nama asli saya atau bercerita panjang lebar secara gamblang tentang diri saya. Dan juga kenapa merahasiakan alamat blog saya sendiri kepada orang-orang lain yang dekat di sekitar saya (kecuali beberapa orang tertentu).
Tidak, bukan karena saya bermuka dua atau berusaha membuat sebuah persona baru. Hanya saja, saya takut jadi tak lepas mengungkapkan sesuatu dan harus mempertimbangkan banyak hal sebelum menulis sesuatu.

Kenapa? Karena pastinya lebih banyak orang yang membaca blog ini, akan semakin banyak hati yang harus kita jaga.  Misalkan, bisa jadi pembicaraan tentang topik X terkesan seakan menyindir si A, padahal saya sedang membicarakan tokoh lain, atau saya sedang memuji si B, lalu si C merasa tak senang karena menganggap si B adalah  musuh abadinya, atau hal-hal lain semacam itu.

Mungkin saya terdengar terlalu kekanakan, atau mungkin pengecut? Hahaha. Entahlah.
Setidaknya saya menikmati saat-saat seperti ini, ketika saya bisa menulis tentang apa yang saya ingin sampaikan, sering kali berkeluh tentang pengalaman penat hari ini, atau hal-hal lain yang bagi sebagian orang selain saya tentunya dianggap tak penting.

Karena pada dasarnya, saya membuat blog ini memang untuk bermonolog ria, atau mungkin berdialog dengan diri saya yang lain hahaha (semakin tidak jelas).


Intinya, well, saya cinta dan rindu blog ini. Walau tanpa komen pembaca, walau tanpa statisk pengunjung ^^
Seringkali kita baru menyadari keistimewaan sesuatu setelah ia berada jauh dari genggaman, padahal  sebelumnya keberadaannya dianggap yang normal, lumrah dan memang seharusnya. Lupa, bahwa bahkan hal yang kita anggap biasa itu adalah nikmat yang besar yang tak kita sadari. 

Kesehatan.


#di tengah batuk yang begitu betah bertahan, dua minggu lebih menemani. Insya Allah sudah berusaha, berbagai pendapat dan saran juga sudah dijalankan. Madu rutin, habbatussauda, sirup obat batuk, jeruk nipis dan kecap, permen pelega tenggorokan. Tapi sepertinya batuk ini cukup ampuh. 
Ada ide lain?

Kamis, 18 September 2014

Kartu pos

Seperti  yang sejak dulu saya dengung-dengungkan, kecintaan saya akan surat dan segala hal tentangnya masih tak padam, makin bertambah malah.
Nah, beruntung sekali ketika beberapa bulan lalu nge-blog walking ke salah satu blog seorang mbak yang merupakan kontak blogger dari seorang mas temennya kakak kelas yang merupakan temennya kak kos saya (bingung kan? jadi, kak kos saya punya teman, temannya punya teman yang lain, nah si temen yang lain ini punya blog, salah satu kontak blognya itu si mbak yang saya maksudkan. Paham? begitulah pokoknya). Intinya, tiba2 saja saya terdampar di blog tersebut. Dan di blog itu mereka ramai berbicara tentang satu hal. Kartu pos.

Waaaaw.. saya sudah excited duluan selama membaca posting dan berbagai komen tentang kartu pos ini. Jadi ternyata, saya baru tau kalau ada komunitas yang kembali menghidupkan seni saling berkirim kartu pos. Jargon dari komunitas tersebut adalah, “send a postcard and recieve a postcard back from a random person in the world!”

Jadi, komunitas ini tuh global, lintas negara, dan membayangkan kemungkinan mendapat kiriman kartu pos dari seseorang entah siapa di negara antah berantah itu membuat saya tertarik, excited tak terkira. Akhirnya hari itu juga saya daftar  jadi member, langsung nyari tau segala hal tentang kartu pos, dan nyari info tempat membeli kartu pos di Jakarta. Dan ternyataaaa infonya berserakan di internet, banyaak sekali komunitas pecinta kartu pos ini di Indonesia, bahkan yang khusus hanya untuk sesama Indonesia pun ada. Weewww kemana saja saya selama ini?

And then, Let's start this postcrossing thing !! Saya mulai mengirim kartu pos, dan deg-degan menanti notifikasi bahwa kartu pos saya sudah diterima dengan selamat kepada orang yang dituju.

Kalau ada yang bertanya,
"Apa asyiknya mengirim kartu pos di zaman canggih yang bahkan menghubungi seseorang di Amerika dengan jarak belasan ribu km bisa dilakukan sepersekian detik lewat surat elektronik?" 
Memang, mengirim kartu pos itu pasti memakan waktu lama, belum kemungkinan kartu posnya keselip, atau bahkan salah kirim ke negara lain. Tapi, justru di situ seninya. Masa-masa menunggu sambil harap-harap cemas kartu pos yang kita kirimkan akan sampai dan diterima orang yang dituju itu punya sensasi sendiri. Belum lagi, setiap malam ketika pulang kantor, sesekali bertanya ke ibu kos ada surat atau kartu pos yang dikirim ke kosan atau tidak? Ah, setidaknya itu salah satu penawar kepenatan.

Seperti kemarin, setelah seharian sibuk di kantor, sesampainya di kosan, saya dapat kejutan ketika sebuah kartu pos dialamatkan untuk saya. Dari Lauren, seseorang nun jauh di Illinois sana, sebuah desa pertanian di sekitar Chicago yang bercerita tentang daerahnya yang tenang, dimana sungai Missisipi mengalir indah, dan pemandangan burung yang silih berganti terjun ke sungai untuk mencari ikan adalah sesuatu yang biasa. Dan sebentar lagi, akan ada panen pumpkin dan squash. Membaca postcard itu mau tak mau membuat saya tersenyum. Saya tak kenal dengan Lauren, belum pernah ke luar negeri, apalagi tempat sejauh Chicago, tapi mendapat kiriman kartu pos dengan cerita seperti itu, entah mengapa rasanya saya merasa dekat, dekat sekali.

*postcard dari Lauren, entah mengapa saya jauh lebih tertarik dengan sisi Tulisan dibanding gambarnya hehehe

Sejauh ini, saya sudah mengirimkan delapan kartu pos. Tiga diantaranya sudah resmi diterima dan sampai di tangan si yang dituju, Jerman, Taiwan dan China. Sementara kartu pos yang di alamatkan ke Belarus, Canda, US, Jerman dan Rusia masih dalam perjalanan.

Beberapa kartu pos yang saya kirimkan :

*postcard untuk Diana, Jerman

 *postcard untuk Tanya, Belarus

 *postcard untuk Yi Ting, Taiwan

 *postcard untuk Olya, Rusia

*postcard untuk MIke, US

Sedangkan kartu pos resmi yang saya terima berdasarkan sistem, baru satu, dari Lauren di Illinois, Chigago. Yang tidak resmi atau direct swap ada 2, dari Mbak Tintin di Bandung, dan Dinda di Semarang.

saya merasa menemukan mainan baru, stress release yang menyenangkan. Dan entah mengapa akhir-akhir ini saya jadi tertarik membuatkan mailbox khusus untuk dipajang di pagar depan kosan hehehe


Bagi yang ingin tahu lebih banyak atau tertarik bergabung, silahkan intip-intip di postcrossing.com ^^
Share the happiness, send and recieve a postcard to and from a random people in the world. 
Happy postcrossing !!