Jumat, 21 Desember 2012

Kontradiksi



Saat ini saya sedang menyukai sesuatu.
Melihatnya saja saya bisa senyam senyum sendiri seharian.
Tapi dalam waktu bersamaan, semakin besar rasa suka saya,
Semakin besar pula rasa benci saya.
Pada hal tersebut, pada diri sendiri.
Aneh, bisakah hal bertolak belakang berjalan di jalur dan arah yang sama ??

Rabu, 19 Desember 2012

Again




Lagi...
Mendadak terdiam setelah baru saja senyum dan tertawa
Perasaan itu hadir lagi.
Rasanya seperti kau sedang dalam puncak kebahagiaan,
kalau divisualisasikan,
Terbang ke angkasa, menari bersama awan, bernyanyi bersama hembusan angin,
Lalu tiba-tiba, jatuh, berdebum ke tanah.
Tanpa ada sebab, tanpa pertanda.
Seketika senyap, diam,
Kosong.

Ada sakit di ulu hati yang tak bisa dijelaskan.
Saya menolak menggunakan kata “galau”.
Tidak, saya sedang tak resah akan suatu masalah.
Tak sedang gelisah mengambil keputusan.
Tak pula  sedang mengkhawatirkan sesuatu.
Hanya saja...
Semuanya serba tiba-tiba...
Apa perlu periksa ke dokter ???

Senin, 17 Desember 2012

surat-surat




Surat.
Entah sejak kapan saya tergila-gila dengan benda satu ini.
Aneh memang, tapi begitulah.
Saya menyukai surat dan segala hal yang berhubungan dengannya. Kutipan-kutipan isi surat, kertas surat, amplop surat, prangko, bahkan sebuah stempel kantor pos pun bisa membuat saya bahagia hahahaha.
Bagi saya, surat memiliki tempat tersendiri. Entahlah, rasanya ada kebahagiaan yang unik ketika sedang menulis surat atau membaca surat dari seseorang. Seolah merasa bahwa “kita” spesial hahaha
Seorang teman pernah menertawai saya ketika saya berkata ingin ke kantor pos untuk mengirim surat. Baginya, adalah sesuatu yang aneh bin ajaib menemukan seseorang masih menggunakan secarik kertas di zaman canggih yang bertebaran HP, internet, email, BBM dan berbagai fasilitas lain yang memungkinkan manusia saling berkirim kabar bahkan hanya dalam waktu sepersekian detik. Mungkin benar, tapi entahlah mengapa saya masih menyukai surat-menyurat. Rasanya lebih...... hmmm romantis ??
Kepribadian saya yang lebih menyenangi segala hal yang tertutup yang mungkin menyebabkan saya merasa jauh lebih nyaman mengungkapkan sesuatu dalam secarik kertas. Berawal dari kebiasaan itu mungkin, hingga kini saya lebih sering mengirim sms, email, atau sekedar pesan lewat facebook dibandingkan menelpon langsung sahabat-sahabat saya.
Sejenak ingin bernostalgia sore ini. Menatap sebuah kardus berbalut bungkus kado volkadot di sudut kamar. Membuka kardus ini seolah membuka kembali gerbang memori lama yang lama terpendam. Ratusan peristiwa, kata dan wajah silih berganti hadir kembali. Yup, kardus ini berisi ratusan surat-surat yang saya terima sejak dulu, sejak saya SD.
Berbagai macam kertas, pengirim, topik isi surat bertebaran.
Ada surat dengan kertas warna warni bergambar princess-princess disney hahaha. Surat ini ditulis oleh seorang kawan ketika kami masih kelas 3 SD, sebagai tanda permintaan maaf dan berakhirnya “perang damai” antara dua kelompok penguasa kelas. Ahhh mengingatnya bikin senyam senyum sendiri.
Ada surat dengan kertas biru laut yang isinya panjangggggggg sekali. Tak tanggung-tanggung, sembilan halaman !!! Surat ini ditulis oleh seorang teman SMP. Teman-teman yang mengetahui saya suka dengan surat dan tulisan seringkali mengirimi dan bertukar surat dengan saya, walau kami berada di satu kelas, satu asrama, bahkan duduk di meja yang sama ! hehehe. Dan begitulah biasanya cara mereka curhat tentang berbagai hal, mencari tahu tentang sesuatu, atau hanya sekedar usil bertanya kabar dan canda-candaan lainnya.
Masih ada berbagai macam surat lainnya yang bahkan beberapa sudah saya lupa siapa yang menulisnya. Yup, semuanya saya simpan. Saya jaga baik-baik. Bahkan kertas corat coret yang iseng kita tulis dan tukar-tukaran di kelas sebagai sarana pengusir ngantuk waktu SMP pun masih tersimpan dengan rapi hehehe
Memandang ratusan kertas ini membuat saya menyadari satu hal,
Bahwa kardus berisi kertas-kertas penuh kata perhatian ini adalah salah satu harta karun yang paling berharga dalam hidup saya.