Jumat, 14 Oktober 2011

selintas memori

malam ini hujan, lagi, tak jauh berbeda dengan malam-malam lainnya
tapi malam ini, ada yang berbeda, karena tiba-tiba saja aku teringat padamu
rasanya masih terekam di jelas di ingatanku, bagaimana pertama kali kita bertemu 
saat itu, dengan langkah setengah hati aku menaiki tangga, bersiap masuk ke tembok baru yang akan membuat duniaku semakin mengecil lagi.

kecil? ah,rasanya tidak juga. hampa, mungkin iya. aku masuk dengan langkah enggan, mengangguk takzim yang lebih tepatnya takut. tapi belum sepenuhnya badanku ditelan pintu itu, kau dengan ramah menyapa, senyummu yang terkembang terasa cukup silau bagiku, yang tlah lama terkungkung dalam dunia tanpa cahaya.

hari itu, aku langsung tahu, bahwa 2 bulan ke depan, hanya akan menjadi waktu yang singkat karena keberadaanmu. pelan-pelan, aku mulai merasa sedikit demi sedikit duniaku meluas, tak lagi sekedar dalam kamar gelap yang terasa sangat nyaman bagiku, namun kini, bergeser ke dunia yang lebih terang, mulai banyak cahaya, karena kau. karena senyummu.

aku selalu berangkat pagi, karena memang aku menikmati perjalanan ke tempat itu dalam kondisi sepi, masih sejuk, belum banyak angkot dan kendaraan lain yang antri di lampu merah dan saling klakson tiada henti. aku senang, aku selalu menikmati sensasi ketika berdiri seorang diri di depan tempat tempat itu, manatapnya dengan berbagai rasa yang tak bisa kuungkapkan. bukan karena kuingin berahasia denganmu, tidak. tapi karena memang aku tak paham.

aku menikmati berjalan selangkah selangkah menaiki tangga itu, senang selalu menyelusup dalam hatiku ketika kudengar tangga itu berderak, senang rasanya menikmati semua itu seorang diri, seolah semua hanya ditujukan untukku. lalu perlahan, kutarik gagang pintu, dan tiba-tiba wajahku ditampar rasa sejuk yang lain, berbeda dengan sejuk pagi yang kusuka, karena memang ianya berasal dari pendingin ruangan yang selalu kau hidupkan setelah kau selesai sholat subuh. aku senang, bisa menikmati ruangan kosong seorang diri, bebas memilih tempat duduk yang kuinginkan, baris kedua, pojok kanan dekat tembok tempat favoritku. kenapa?? alasannya sederhana saja, akutidak senang duduk di depan, karena ku pasti harus menanggapi semua perkataaan orang yang berdiri di depan dan tak bebas menikmati duniaku, selain itu, aku suka tempat ini karena aku bisa memandang keluar, dan tahu siapa saja yang keluar masuk, ah, dan bila beruntung, mungkin aku bisa melihatmu ketika sedang lewat hahaha

aku duduk sendiri, menikmati sepinya pagi, menikmati alunan musik yang kalian putar dengan lembut ke semua ruangan. lalu perlahan kurasakan hadirmu, bukan dari sosokmu yang langsung hadir di depanku. tapi dari bau khas parfummu dan derak tangga dari langkahmua yang teratur. dan aku tersenyum, karena tahu bahwa kau ada disini, walau aku tak melihat wujudmu.

hal yang paling membuatku ingat padamu adalah, kata-katamu yang selalu membesarkan hati. kata-katamu yang seolah mampu membuatku yakin bahwa tak ada yang tak bisa kulakukan, membuatku yakin bahwa banyak hal indah di dunia ini yang harus dinikmati, membuatku percaya bahwa diri ini begitu spesial.

dan pada akhirnya, kini kuberdiri di sini, ratusan kilo dari tempatmu berdiri. semua hanya karenamu, karena kata dan senyummu . karena hadir dan lakumu.

terimakasih telah hadir dalam hidupku,
terimakasih telah meramaikan sepinya duniaku,
terimakasih tlah mengajarkanku arti persahabatan, ketulusan cinta, dan keikhlasan
 

tetaplah begitu,tetaplah menjadi tanah tempatku berpijak,
tetaplah menjadi tongkat alatku tuk menapak,
dan tetaplah menjadi mentari untuk mereka, yang terperangkap dalam kelamnya dunia...
Ah... mungkin terlalu banyak yang ingin kusampaikan. tapi semua hanya terangkum dalam tiga kata.
AKU RINDU PADAMU. 

*untuk seorang sahabat yang amat berjasa, suatu anugrah tiada terkira dapat bertemu dan mengambil banyak hikmah darimu.. tapi aku bingung, satu tanya yang hendak kuucap, "dimanakah engkau kini?"


bintaro, 24 november 2010. 22: 24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar