Jumat, 21 Oktober 2011

pertemuan

ini tentang seorang teman, yang tadinya hanya sekedar teman,
namun rasanya kini tak salah jika saya sebut sebagai sahabat, atau mungkin saudara.
bermula dari dua tahun lalu di sebuah mesjid, Allah tetapkan ia menjadi saudari dalam perjalanan ini,
mencoba mengenal yang sama sekali tak pernah berjumpa,
walau saat itu ia tak hadir, tapi namanya sudah tercatat dalam daftar anggota keluarga kami.
beberapa bulan setelah itu, takdir mempertemukan kami kembali dalam sebuah ruangan 8 x 8 meter itu.
hari-hari selanjutnya, tak tahu bagaimana awalnya, tapi semakin lama,
jarak antara kami semakin mengerucut.
entah siapa yang memulai, tapi kami akhirnya tahu bahwa kami memiliki kecendrungan yang sama,
menyukai hal-hal yang mungkin tak semua dari komunitas itu setujui.
tak ada yang salah kurasa, karena semua ini hanya sebatas hobi dan kesenangan.
hingga akhirnya, setahun berlalu dan kami tak lagi bertemu di ruangan itu.

minggu pertama, kami bertemu, bersama anggota keluarga lainnya,
hanya pertemuan ringan, tentang rindu dan kisah yang terlewat oleh waktu.
minggu kedua, kali ini keluarga kami mulai membahas sesuatu yang lebih serius,
topik yang tidak terlalu berat sebenarnya, tapi memang perlu untuk kami pahami bersama,
sayangnya, ia tak datang, bahkan hingga akhir aku menunggu, tetap tak muncul hadirnya,
tanpa berita apapun padaku.
minggu ketiga, sedikit demi sedikit keluarga kami membahas hal yang serius dan penting, masih berhubungan dengan masalah minggu lalu sebenarnya.
satu jam berlalu, ia belum datang. hingga akhirnya pemimpin keluarga kami memberitahu bahwa ia mengahdiri pertemuan lain yang tak bisa ditinggalakan, dan dari waktu yang ia beritahu, mustahil ia bisa hadir karena pertemuan itu memakan waktu hampir 3 jam, sedangkan pertemauan keluarga kami juga kira2 berkisar sama dengan waktu itu. tak bertemu dengannya lagi, pikirku,
hingga kemudian, hampir dua jam setelah pertemuan dimulai, saat sedang rehat sejenak,
ia datang dengan tersenyum. jujur, aku terkejut, ia menempuh jarak yang cukup jauh untuk berjalan kaki dengan kondisi hari yang beranjak gelap, sendirian, dan ia tetap datang.
aku tersenyum, karena semakin menyadari, sedikit demi sedikit, kami semakin cinta dengan keluarga ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar