Minggu, 26 Februari 2012

surat #2


Minggu, 26  februari  2012

Pagi.....
Ah, masih ada sisa air mata dan sembab tadi malam. Pagi ini aku hanya ingin menyapamu, sekedar bertanya bagaimana kabarmu.

Tadi malam, aku melihatmu. Setelah sekian lama tak hadir, kau mencoba datang kembali. Walau aku tahu bagimu itu berat, tapi tetap kau berusaha. Kau tampak gugup, dan bahkan kudengar kau sama sekali tak tidur sebelumnya. Ah, tahukah bahwa aku begitu khawatir?

Kau berbicara terpatah-patah, jauh berbeda dengan dirimu yang dulu yang selalu penuh senyum dan lelucon khasmu yang membuat segar suasana. Kau yang kulihat tadi malam, seperti seorang pesakitan yang begitu rapuh, berbicara hati-hati, seolah takut ada yang akan benci mendengar perkataanmu. Sepanjang bercakap, kau terus menunduk, bahkan tak berani mentap mataku dan mereka. Sungguh aku menangkap rasa bersalah yang amat besar masih tergantung di matamu. Meski hal itu sudah berlalu dalam waktu yang lama, tampaknya kau belum pulih benar.

Dan aku, tak bisa menahan diri untuk tak menangis. Aku tahu harusnya aku tak menangis di depanmu. Sudah kubilang untuk berpegang padaku, tapi maaf, aku sungguh tak bisa menahan air mata. Sakit rasanya melihatmu begitu. Ah, kami semua rindu pada kau yang dulu. Pada kau yang menjadi pelangi dengan hadirmu. Dan sungguh hatiku tersayat waktu kau berkata,
 “Aku tak tahu bagaimana harus bersikap. Aku khawatir bahkan untuk tersenyum. Sungguh aku berpikir pantaskah aku untuk tersenyum? Masih bisakah aku tersenyum seperti dulu lagi?”
Dan demi mendengar pertanyaanmu, aku tak tahan lagi. Maaf kalau aku langsung berdiri dan meninggalakan kalian. Aku hanya tak ingin terlihat terus menangis di depanmu. Aku sudah berjanji untuk menguatkanmu, dan aku harusnya tak menangis di depanmu.

Ah, syukurnya kita masih punya mereka. Yang bisa mencairkan suasana dengan segala tingkah konyol dan keunikan aneh. Aku tahu mereka juga terluka, tapi setidaknya mereka tak semelankonis diriku yang bahkan tak bisa menahan tangis hahaha.

Dan sekarang, kau tahu kan? Kau tak sendiri. Ada aku yang akan terus memegangimu. Ada dia yang akan memimpin kita di depan. Dan ada mereka, yang akan terus mendorongmu dari belakang.
Sungguh, kau tak sendiri...

Selamat pagi....
Sudahkah kau bisa tersenyum pagi ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar