Malam ini, saya baru selesai membaca sebuah buku. Buku yang sangat menarik, saya pinjam dari teman. Awalnya saya pinjam sekedar untuk menghabiskan waktu di penghujung minggu, maka buku itu pun bertapa dua hari di dalam tas, sampai akhirnya saya kehabisan stok film dan bingung mau ngapain. Maka sosok buku itu singgah di benak saya. Saya coba membaca dan sedikit terkejut karena saya telah menghabiskan dua hari untuk menyia-nyiakan buku hebat seperti itu. Akhirnya, buku setebal 307 halaman itu saya lahap dalam waktu 2 jam ! ini bukan soal waktu, cepat atau tidak. Tapi soal kenikmatan yang didapat. Buku apa sihh????
Buku ini berjudul SI CACING DAN KOTORAN KESAYANGANNYA. Di tulis oleh seorang biksu petapa yang lahir di London, meraih gelar Sarjana Fisika Teori di salah satu kampus terbaik di dunia ini, Cambridge University. Namun di awal pencapaian karirnya, ia putuskan untuk meninggalkan semua itu, dan menjadi petapa dalam tradisi hutan Thailand. Nama aslinya Peter, namun orang yang menjadi petapa budha memiliki nama tahbis, dan nama beliau sekarang adalah AJAHN BRAHM (dalam bhs Thailand ajahn berarti guru).
Buku ini berisi 108 kisah yang dialami sendiri oleh sang penulis. Sederhana, tapi sarat makna. Hikmah, tapi tak menggurui. Lucu, tapi banyak esensi. Buku ini berisi banyak PENCERAHAN yang kita perlukan dalam hidup. Menyajikan intisari kemanusiaan dalam balutan kisah bijak dan lelucon menawan. Berhubung yang nulis seorang biksu, tentu saja buku ini juga berisi ritualitas kehidupan mereka sebagai biksu, ajaran dasar budha, serta budaya dan hal-hal yang berhubungan dengannya. Tapi bagi saya yang seorang muslim, tak ada masalah dengan hal itu. Karena buku ini tidak secara langsung men-judge tentang agama. Selain itu, ilmu didapat dari mana saja kan?
Seperti yang saya bilang, buku ini sarat dengan kisah-kisah yang menarik, tapi mustahil jika saya ungkapakan semua (klo saya tulis semua, sama saja saya ngetik ulang isi buku -,- ). Tapi ada beberapa kisah yang cukup ngena di hati saya. Sebut saja kisah yang diberi judul Dua bata jelek. Singkat cerita, pada tahun 1983, Ajahn Brahm dkk membangun sebuah biara di Australia. Namun karena saking miskinnya (biksu ngga boleh punya duit) akhirnya mereka bertukang dan menyemen sendiri. Setelah cukup lama belajar sendiri tentang dunia pertukangan, akhirnya mulailah mereka mengerjakan biara itu. Setelah perjuangan yang panjang (pasang bata, ketok sini, mencong sana, rapiin sana, naik yang sini). Akhirnya jadilah dinding itu dalam waktu yang cukup lama (biksu harus memiliki kesabaran dan memastikan setiap hal sempurna). Ajahn Bram menatap kembali mahakaryanya dengan perasaan puas. Namun sayangnya, keningnya langsung mengernyit ketika melihat ada dua bata yang posisinya miring, merusak tatanan kesempurnaan dinding itu. Ajahn Bram kecewa, namun semen telah menjadi dinding, tak bisa dirusak lagi. Akhirnya ketika peresmian berlangsung, dan beliau mengajak tamu-tamu berkeliling melihat biara baru itu, Ajahn Brahm selau menghindari dinding dengan dua bata jelek itu, dan berusaha agar tak seorang pun yang melihat dinding itu. Tapi kemudian ada pengunjung yang melihat dan tersenyum. Lalu berkata, “ Itu tembok yang indah,” Ajahn Brahm tentu saja sangat terkejut.
“Pak, maaf, tapi apakah kacamata anda tertinggal di mobil? Tidakkah anda melihat dua bata jelek itu merusak keseluruhan tembok?” tapi pengunjung itu justru tersenyum. Dan apa yang ia katakan kemudian mengubah keseluruhan pandangan Ajahn Brahm terhadap tembok itu. Pengunjung itu berkata, “ Ya, saya bisa melihat dua bata jelek itu, namun dua bata jelek itu juga membuat saya bisa melihat 998 batu bata yang bagus dan tersusun sempurna.”
Sederhana ? Memang ! tapi lihatlah, bahwa seringkali kita terfokus pada hal kecil yang selalu mengganggu kita, dan lupa ada banyak hal besar yang sebenarnya masih bisa kita nikmati. Kita semua memiliki dua bata jelek, namun bata baik dalam diri kita masing-masing , jauh lebih banyak daripada bata yang jelek. Begitu kita melihatnya, semua akan tampak tak terlalu buruk lagi. Ayo, ubah arah pandang kita ^^….. !!!!
Cerita yang lain, kisah tentang seorang professor di sebuah sekolah bisnis internasional. Si prof datang ke kelas dan membawa sebuah toples, lalu tanpa bicara mengangkat sekantung batu dan memasukkannya satu per satu ke dalam toples. Ketika toles penuh dan tak bisa ditambahi dengan batu lagi, si prof bertanya pada mahasiswanya, “ apakah toples ini sudah penuh?”
“ya” jawab mereka.
Sang prof tersenyum dan mengeluarkkan sekantung kerikil dan menuangkan sambil menggoyang-goyangkan kerikil itu hingga memenuhi celah yang ada. “ apakah toples ini sudah penuh?” tanyanya lagi.
“belum” jawab mereka sambil mulai menebak-nebak.
Sang prof kemudian mengeluarkan sekantung pasir. Kejadiannya sama seperti sebelumnya, hingga kemudian akhirnya ia menuangkan air ke toples itu. Setelah kira-kira toples itu tak dapat dimuati apa-apa lagi, ia bertanya, “Pelajaran apa yang kalian petik?”
“sepadat apapun jadwal anda, pasti selalu bisa menmbahkan satu acara lagi ke dalamnya” ujar seorang mahasiswa (ingaat ! ini sekolah bisnis !).
“Bukan !” jawab sang prof. “Apa yang ditunjukkan adalah jika kalian ingin memasukkan batu-batu besar, kalian harus memasukkannya pertama kali” . PRIORITAS !!! jadi, apa prioritas anda???
Banyak petikan kata-kata yang saya garis bawahi dari buku ini, antara lain:
Bagian terberat dari segala sesuatu dalam hidup adalah.. MEMIKIRKANNYA
Jadilah orang yang bebas dari keinginan, bukan bebas untuk berkeinginan !!!
Dengar, dan bijaksanalah ! seberapa sering apa yang dimaksudkan dan apa yang kita dengar tidaklah sama ?
Sebuah masalah adalah jika ia memiliki solusi. Maka, Berapa banyak waktu dalam hidup yang kita sia-siakan karena mengkhawatirkan sesuatu yang, pada saat itu, tak memiliki SOLUSI, dan karena itu, bukanlah sebuah MASALAH ?
Ini hanya sebagian kecil, jika ingiin tahu lebih banyak, silahkan baca bukunya, dan bersiaplah untuk “Tercerahkan” ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar