Senin, 07 Oktober 2013

SMS

Sebuah pesan singkat darinya masuk malam ini. Berisi 164 karakter, diterjemahkan menjadi kode binari oleh kecanggihan teknologi. Terkirim cepat, jauh lebih cepat dibanding cepatnya kau menjauh pergi.

Sebuah pesan singkat darinya masuk malam ini. Aku bertanya “kapan?”, padahal yang paling ingin kutanyakan adalah “siapa?”

Sebuah pesan singkat darinya masuk malam ini. Dan aku membalas dengan ucapan syukur dan keikutsertaan berbahagia, padahal yang sesungguhnya aku hanya ingin diam dan tak mengetik apa pun.

Sebuah pesan singkat darinya masuk malam ini. Dan aku mengetik emotikon yang melambangkan senyum lebar yang sumringah, padahal yang sebenarnya ingin kuketik hanyalah dua huruf “T” kapital yang dipisahkan oleh sebuah titik.

Sebuah pesan singkat darinya masuk malam ini. Awalnya aku berasumsi aku akan menangis dan larut dalam kesedihan, namun aku terkejut mendapati tak satu pun dari dua hal itu yang terjadi.


Sebuah pesan singkat masuk malam ini. Dan entah mengapa malam ini aku tiba-tiba merasa bangga pada diriku

dongeng usang

Ini mungkin hanya dongeng, kisah klasik tentang seorang gadis biasa yang jatuh cinta pada pangeran rupawan.
Ini mungkin hanya dongeng, kisah klasik tentang keterpesonaan dan cinta dalam diam
Ini mungkin hanya dongeng, kisah klasik tentang penerimaan dan kesetiaan
Ini mungkin hanya dongeng, kisah klasik tentang penentangan dan perpisahan yang tak terelakkan
Ini mungkin bukan dongeng, kisah klasik yang menjadi kenyataan

Selasa, 01 Oktober 2013

dari sudut [4]

adik, katamu suatu kali
dan tiba-tiba aku ingin bermanja-manja
kakak, katamu di kali yang lain
dan aku mendadak ingin berbuat apa saja
teman, katamu di hari lain
dan kita menghabiskan hari bersama. Tertawa, bercanda layaknya sahabat seumur hidup
sayang, katamu hari itu
dan jantungnya tiba-tiba berhenti

kubikel pojok, 16.43

dari sudut [3]

aku menyukai buku
karena membacanya seolah membawaku ke dalam dunia lain yang sungguh berbeda dengan yang kurasakan sekarang

aku mencintai buku
karenalembar demi lembarnya seolah membuatku semakin jatuh pada keterpesoanaan yang dalam

aku mengagumi buku
karena dalam diamnya tersimpan ribuan romansa yang membuat degup tak berhenti meloncat

kamu, mungkin satu-satunya buku yang tak akan pernah selesai kubaca


kubikel pojok, 16.14



dari sudut [2]

selamat sore, Rinai
kabarku hari ini tak jauh beda seperti hari kemarin
masih seperti ceritaku padamu tentang tombol-tombol keyboard komputer yang tak berhenti di tekan
masih tentang senyum kikuk dan tawa ganjil yang sama
masih seperti yang kusampaikan tentang lembut kata dan sikap yang terlalu purna

selamat sore, rinai
hari ini genap delapan hari aku tak bertemu hujan
kami tak bersua, tapi kata kawanku ia datang saat aku sedang lelap
aku jadi curiga bahwa ia sengaja menghindariku

selamat sore rinai,
sore ini masih sama
menanti jarum panjang membelai angka dua belas dan membentuk sudut seratus lima puluh derajat

kubikel pojok, 15.54

dari sudut

dua dari delapan puluh,
tapi rasanya sudah terlalu lelah bahkan sekedar untuk menyunggingkan senyum
dua dari delapan puluh,
tapi kaki rasanya sudah merasa panas walau baru menapak beberapa langkah
dua dari delapan puluh,
tapi rasa haus sudah merajai isi perjalanan ini

dua dari delapan puluh,
atau mungkin karena belum bertemu teman satu perjalanan?
dua dari delapan puluh,
dimana kamu?


kubikel pojok, 14.03