Rabu, 16 Maret 2011

Husnudzon... Husnudzon

dua tahun lalu, ketika zaman-zamannya pendaftaran ke berbagai PTN, saya coba daftar ke STIS. pendaftaran di medan dilakukan di kantor BPS medan yang terletak di jalan Asrama. siang itu, sehabis menyerahkan dokumen pendaftaran yang diperlukan, ditemani teriknya mentari jam 1 siang, saya berdiri di pinggir jalan menanti angkot ataupun becak. kondisi jalan asrama yang lumayan sepi dibandingkan jalan lain memang membuat angkot sangat jarang yang lewat, juga becak yang nongolnya cuma sesekali. ketika masih celingak celinguk kesana kemari, tiba-tiba sebuah sepeda motor berhenti tepat di depan saya. yang mengendarai adalah seorang wanita umur 20-an.
"mau ke mana dek?"
"eh, lagi nunggu angkot kak, mau ke padang bulan"
"angkotnya jarang lewat dek, mau kakak anterin aja?"
"eh, ga usah kak, ga papa"
"ga papa kok dek, sekalian, kakak mau ke pancing, ntar kakak antar sampai simpang carefour aja ya.. lagian kasihan kamu, panas banget"
akhirnya saya pun dibonceng si kakak tadi. dalam hati saya berpikir, "wah.. masih banyak orang baik di dunia ini"
sepanjang jalan kakak tadi ngajak ngobrol, tentang kerjanya, tentang panasnya kota medan,sampai tentang pacarnya yang katanya selingkuh. dan ternyata saya tidak diantar sampai simpang carefour saja, tapi malah samapai persis di depan kosan saya hehe. kejadian ini pun saya ceritakan kepada teman saya yang juga mau daftar ke STIS. "wah, beruntung kamu, sil" ujarnya.
esoknya, giliran teman saya yang kebagian jadwal menyerahkan dokumennya ke kantor BPS. pas pulangnya, dia juga mengalami hal yang sama dengan saya, tapi yang bawa sepeda motornya adalah seorang ibu2 paruh baya. namun ternyata, teman saya tadi tidak di antar ke simpang carefour, tidak juga sampai ke kosannya, tapi ia malah di bawa ke daerah sepi nun jauh di belawan sana. di sana, ia disuruh turun dan ditodong dengan pisau. akhirnya si ibu tadi berhasil pergi dengan membawa 2 buah handphone, dompet serta kartu ATM milik teman saya. kejadian itu membuat saya berpikir lagi tentang kebaikan orang lain yang terkadang malah membawa keburukan.
2 minggu kemudian, saya diterima di USU. saya langsung ke bank BNI USU untuk menyerahkan uang masuk dan biaya semester pertama. tapi berhubung ternyata penerimaan uang masuk baru dibuka 2 hari kemudian, saya pun pulang ke kosan dengan naik angkot. penumpang di angkot waktu itu cuma bertiga, saya, seorang ibu muda yang duduk di dekat saya, dan seorang anak SMA yang tidur di pojokan. saya masih ingat si ibu itu pake baju warna hijau, celana panjang hitam dan pake3 buah gelang (kayaknya) emas. si ibu tadi kemudian ngajak saya ngobrol, nanya tentang sekolah dan kuliah saya, juga sampai cerita tentang anaknya. hingga kemudian setelah anak SMA tadi turun, si ibu mendekat pada saya dan menanyakan jam. saya langsung melihat jam tangan saya dan memberitahu kalau saat itu jam tengah lima, tapi si ibu malah berkata,
"bukan dek, bukan jam tangan, jam di HP nya jam berapa ya?"
eh?? di situ saya mulai sedikit curiga, kenapa mesti jam hp? "jangan2 si ibu ini mau mastiin saya punya hp atau ga " pikir saya. begitu saya mau turun di simpang USU, si ibu tadi (dengan sembunyi2) melemparkan sesuatu ke dekat kaki saya dan ikut turun juga setelah memungut apa yang tadi ia lemparkan. si ibu tadi menahan tangan saya dan mengatakan,
"eh, dek, ini punya siapa?" katanya setelah membuka bungkusan yang ternyata berisi 2 buah cincin (seperti) emas itu. saya yang agak parno dengan hal2 yang beginian pun langsung berusaha pergi.
"maaf bu, saya ga tau, saya buru2, permisi." dan saya pun berjalan cepat tanpa menoleh ke belakang lagi. tak terbayangkan kalau seandainya uang 8 juta di tas saya raib.
malamnya, teman seorang kakak kelas yang juga kelurga dengan teman sekos saya datang dan menginap di kos. si kakak kelihatan gelisah dan sebentar2 mengecek pintu, katanya temannya mau datang. tapi setelah hampir jam 11 malam yang ditunggu tak juga tiba. hingga kemudian si kakak cerita kalau dia menunggu teman yang tadi ia jumpai di angkot. katanya temannya itu seorang ibu2 yang pake baju warna hijau, celana panjang hitam dan pake3 buah gelang (kayaknya) emas. kemudian kakak tsb seolah2 baru tersadar dan menceritakan kalau mungkin dia kena tipu. modusnya sama persis seperti yang saya alami siang tadi. setelah si ibu membuka bungkusan yang berisi cincin itu, si ibu bilang kalau cincin itu dijual pasti mahal dan keuntungannya akan mereka bagi 2. mungkin pada saat tsb lah kakak tadi dihipnotis sehingga untuk selanjutnya ia menurut saja pada perintah ibu tadi. dengan dalih butuh uang muka untuk menjual cincin tadi, si ibu menanyakan apakah kakak saya tadi punya uang, nanti diganti katanya. si kakak bilang kalau duit cash cuma punya 200 ribu, tapi di ATM ada 800 ribu, dan itu milik temannya yang nitip kirim ke ATM si  kakak. si ibu pun nyuruh kakak mengambil semua duit di ATMnya dan meminta alamat si kakak, karena ia akan mengantarkan uang hasil penjualan cincin tadi malam ini. karena memang ingin menginap di kos kami, maka si kakak memberi alamat kos kami ke si ibu tadi. tapi ternyata hingga esoknya, si ibu tak kunjung muncul. lagi-lagi. raiblah sudah uang 1 juta itu.
kira2 3 minggu kemudian, saya dinyatakan lulus di STAN dan memutuskan untuk meninggalkan USU. dalam rangka "perpisahan", saya dan 3 orang teman pergi makan ke sebuah resto. karena lumayan padat, kami kebagian meja besar yang biasanya dipake buat meja kelurga (8 kursi). kami duduk berhadap2an dua orang-dua orang. agar mejanya tidak terlihat penuh, semua tas kami tumpuk jadi satu di dekat teman yang ada di depan saya. saya yang ga punya kantong, (sehingga hp saya taruh di tas selalu) karena takut ada sms masuk, saya putuskan untuk memangku sendiri tas saya.
lagi asyik makan, tiba-tiba seorang kakak2 datang dan mint izin duduk semeja dengan kami karena tempat lain sudah penuh. kami tidak keberatan. si kakak tadi kemudian memesan makan dan minum. lalu mengajak ngobrol kami. ia bertanya tentang asal, juga kuliah kami. ia tipe orang yang ceria, dan cepat akrab d3ngan orang lain. tak berapa lama, si kakak tadi pamit duluan karena temannya katanya nunggu di tempat lain. ketika kami minta bon, kami terkejut dan protes ke pelayannya karena kami cuma mesan 4 piring, tapi kok di bon tertera 7 piring? trus abang2 pelayannya bilang, temannya yang tadi kan makan 1 piring, juga bungkus 2 piring.
ehhhh???? teman yang mana?
"temen yang tadi duduk di sini kak, katanya kalian yang bayarin!" eh??? apa-apaan ini?
akhirnya kita putuskan untuk tidak meneruskan perdebatan. tapi tiba2 teman saya berteriak.
"kenapa?"
"tas! tas ! tas! tas kita disilet !" eh??
ternyata ketiga tas teman saya itu disilet, maka lenyaplah 2 buah dompet dan tiga buah hp sekaligus. walhasil, akhirnya saya dan seorang teman yang dompetnya tidak diambil patungn untuk membayar. kejadian ini semakin membuat saya waspada dan berhati-hati dengan orang asing yang sok ramah, hingga kemudian mungkin jatuhnya malah sampai paranoid.

hingga siang ini. saya dan seorang teman (eh kakak kelas) makan di sebuah tempat makan di pasar. kami duduk satu meja dengan seorang kakak2 yang cukup ramah. dia mengawali obrolan dengan menanyakan dimana kami kuliah. kami jawab,"STAN"
"oh... universitas di sidimpuan g ada biro rektor gitu ya dek?"
"kurang tau kak"
"trus kalian klo ngurus KRS gimana?"
"kita ga pake KRS kak, udah langsung dipakein gitu"
"lho, bukannya pake KRS juga ya?"
"STAN ga kak"
"oh.. STAN.. kirain tadi STAIN" (selalu begitu...)
obrolan pun berlanjut, hingga kemudian kami tahu kalau si kakak itu aslinya orang medan, juga sampai membicarakan bedanya soto sidimpuan, soto medan, dan soto di jakarta. tapi entah kenapa, pengalaman yang sudah2 membuat sebersit curiga hinggap di hati saya. otak sempit saya berpikir untuk apa kakak ini ngobrol tentang KRS2 dari tadi. pikiran saya yang picik menyuruh saya waspada. hinga kemudian si kakak selesai makan lebih dulu dan pamit pada kami.
"kakak duluan ya dek. oh ya, kakak yang bayarin.. ^^"
EH?? kami pun terkejut
"tapi kak..."
"ga papa, mudah2an lain kali kita bisa jumpa lagi ya..." dan kakak tersebut pun pergi.
saya itu saya tersentak. rasanya malu.. malu sekali... siapa saya sehingga bisa-bisanya berpikiran buruk tentang orang lain? saya tak punya hak untuk men-judge orang lain, saya terlalu sombong untuk menilai seseorang baik atau buruk. sungguh, rasanya malu sekali.. apalagi saat saya lihat si kakak tadi mengobrol akrab dengan pengamen yang baru datang, juga menyalam hangat si ibu pemilik tempat makan bahkan sampai cupika cipiki dan memeluknya. MALU...
saya mencoba beristigfar sebanyak-banyaknya, walau hanya sekedar lintasan di hati, tapi bagaimanapun saya telah mendzalimi kakak itu dengan berburuk sangka padanya. akhirnya setelah mewawancarai pemilik tempat makan itu, saya peroleh informasi bahwa kakak itu bernama kak putri, sering makan siang di situ dan punya usaha jualan pulsa di siborang. semoga kapan-kapan bisa jumpa lagi...
well, terkadang sebuah kejadian yang membuat kita kecewa berdampak pada semua hal yang berkaitan dengan kejadian itu. seringkali kekecewaan kita pada seseorang membuat kita ikut-ikutan kesal pada orang yang berhubungan dengannya, orang yang "sealiran" dengannya, bahkan organisasi yang ia ikuti. padahal apa yang ia lakukan murni kesalahan pribadi, namun salah tsb seolah menjadi kesalahan jamak yang akhirnya menyangkut diri orang lain yang tak tahu menahu.
pun halnya dengan STAN, tempat saya menuntut ilmu sekarang. heboh heboh media soal gayus mau tak mau membuat saya sering dikait-kaitkan dengan beliau baik dari yang hanya sekedar bercanda, sampai pada tahap mengelus dada dan rasanya pengen tutup kuping ga ngedengerin. dri beberapa sekolah yang kami kunjungi untuk sosialisasi pun seringkali tercetus komentar2 seperti itu tentang STAN. bahkan seorang siswa yang kelasnya kami masuki pernah berkomentar, "Alah, sekarang aja kakak bilang ga korupsi, ga kayak gayus. nanti, walau segede apapun jilbab orang kakak, melihat duit di depan mata pasti ngiler, jangan jangan malah melebihi gayus lagi!" dan komentar itu pun disambut gelak tawa teman-teannya yang lain. saat itu saya hanya bisa tersenyum, mengelus dada, dan berdoa dalam hati,"semoga selalu dijaga, diingatkan, dan dituntun untuk terhindar dari hal2 seperti itu"
kembali ke topik awal, saya sungguh merasa malu dan bersalah terhadap kak putri. semoga diberi kesempatan untuk bertemu, kesempatan membalas kebaikan beliau. dan semoga beliau selalu dalam lindungan Allah, lancar rezeki, dan terus menyebar kebaikan. karena sesungguhnya kebaikan ibarat benih yang bertunas, berbunga, berbuah. ia akan menciptakan kebaikan-kebaikan yang lain. sehingga kebaikan akan menjadi sebuah hal indah yang teus dibagi dan dilanjutkan dari satu orang ke orang yang lain. insya Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar