Wajah-wajah kelelahan bertemu dalam satu ruang yang
sama. Beberapa mencoba mengibas-ibas bundelan kertas yang sedianya adalah bahan pembahasan sore ini. Sebagian yang lain
tampak melonggarkan kancing baju. Ah, pendingin ruangan tak membantu banyak
sepertinya.
Sang gadis berkali-kali membolak balik tumpukan kertas di
pangkuannya, berusaha memahami beberapa angka yang mungkin ia tak mengerti dari
mana muasalnya. Hingga kemudian, seseorang tiba-tiba menyodorkan sesuatu tepat ke
pipinya, dingin.
Sang gadis terkejut, refleks menjauhkan muka, lalu melongok,
dan menemukan seraut wajah usil sedang tertawa pelan.
“Jangan serius amat, nih, minum dulu. Sengaja beli karena
ada yang bilang kamu suka sari kacang hijau.” Lelaki itu kemudian menarik kursi dan duduk persis di samping kirinya.
Sang gadis tergeragap, dan hanya bisa ber-ahh pelan.
“Kenapa? Kamu tidak suka?”
“Ah, tidak. Suka, sukaa..”
“Padaku?” lelaki itu tersenyum mengerling
“Hah???” teriak tertahan sang gadis mau tak mau membuat
beberapa wajah tertoleh. Wajah sang gadis bersemu merah, sementara lelaki itu terkikik pelan, tampak menikmati benar adegan barusan.
“Aku hanya bercanda." gumam lelaki itu sambil terus menahan tawa. Sang gadis membuang nafas lega, yang justru kemudian menyulut tawa tak
henti dari lelaki itu. Ia tak paham, dan melotot pada lelaki itu dengan tatapan
heran.
“Kau tahu, menggodamu sekarang jadi hal kedua yang paling
kunikmati.”
“Yang pertama?” si gadis bertanya. Dan hei, entah kenapa, tetiba lelaki itu berhenti tertawa, memandang pelan dan tersenyum lemah, lalu
berkata,
“Untuk yang pertama, aku rasa akan jauh lebih baik kalau kau
tak tahu.” Dan dengan itu ia beranjak bangkit, meninggalkan ruang rapat dengan
tatapan tak mengerti si gadis.
Sementara, tanpa ada yang menyadari, seseorang tampak
gelisah dan tak berhenti menatap sejak tadi. Sang pemuda.