Rabu, 11 Desember 2013

Lantang atau diam, (dia) itu cinta {3}

Saung kecil di pingir sungai itu riuh. Ramai dipenuhi gelak dan teriakan tawa di sana-sini. Sang gadis sedikit tersenyum memandang beberapa rekan kerjanya, bahkan yang sudah berkepala empat, berenang riang bak anak kecil.
Ia kembali ke pekerjaannya, menyendokkan sayur capcay ke masing-masing piring yang telah mereka tata. Sang gadis masih mengulum senyum karena mendengar lelucon-lelucon aneh yang tertangkap indera pendengarnya, ketika wanita paruh baya di sebelahnya bertanya,
"Lho, dek, yang ini kok sama sekali gak ada wortelnya?"
Si gadis gelagapan dan hanya bisa menyengir simpul. Tapi tetap tidak menambahkan sepotong wortel pun pada piring yang ditunjuk. Bukan tanpa sengaja ia mengecualikan piring itu ketika membagikan sayur. Karena nanti, pasti hanya akan ada satu orang yang mengerti dan memilih piring itu tanpa harus ia khususkan dan berikan langsung pada orangnya

1 komentar:

  1. saya suka sekali potongan quote dari buku Tasaro GK
    entah kubilang dengan lantang atau kupendam dalam diam,tetap saja kusebut (dia) cinta

    BalasHapus