Minggu, 02 Juni 2013

Dekat tapi jauh

Kata mereka, jalan pulang selalu terasa lebih singkat.

Nyatanya tidak demikian yang kualami siang ini. Perjalanan berangkat kemarin siang berjalan seperti biasa, sattu jam yang pengap dan panas, berdesakan dengan penumpang lain dalam angkutan umum yang selalu menarik penumpang melebihi kapasitas. Walau gerah, setidaknya perjalanan kemarin terasa lebih singkat, mungkin karena aku terlalu banyak berfikir, sibuk menduga, rusuh menyusun strategi, mempersiapkan cara berbicara yang paling sesuai denganmu.

Seperti itu saja. Semua gelisah itu hilang waktu melihat tawa dan teriakan-teriakan kekanakan darimu hahahaha. Siapa pula menyuruhmu tidur sore hingga kau tak sadar aku sudah sedari tadi masuk dan memperhatikanmu tidur (dengan bonus make up gratis di pipi dengan spidol merah hahaha). Well, dan seperti kunjungan-kunjunganku yang lain, agenda kita tetap sama. Ngobrol, saling mencela, jalan kaki gak jelas tujuan, dan cari makan malam-malam sambil sesekali menertawakan dan melirik diam-diam puluhan pasangan yang tersebar di setiap sudut tempat.


Tapi, kedatanganku kali ini punya tujuan khusus, atas nama misi yang harus diselesaikan. Aku paham, kau mungkin mengetahui itu sejak awal, hanya kita berdua pura-pura tak peduli dan menutupinya dengan berbagai celoteh iseng dan aksi cela-mencela. Namun, aku tak datang jauh-jauh kesini hanya sekedar untuk bercanda, menempuh 56 km dan mengorbankan sehari cuti dari tugas untuk menyelesaikan amanah. Walau mungkin di kali lain aku tak keberatan, tapi tetap, kali ini berbeda.

Maka ketika harusnya kita sudah terpejam seperti biasa. Aku paksa kau tetap terjaga.

"Tak ada yang ingin kau ceritakan padaku?"

Singkat tanyaku, tapi aku tahu, kalimat itu sempurna menguapkan kantuk yang sejak tadi bersarang di kepalamu. Dan seperti biasa, dengan cengengesan kau berkilah, memasang jurus bercanda dan kekanakan yang selalu kau lancarkan. Tapi sayang, Nope, this night that won't working on me !

Dan akhirnya, setelah satu jam berkilah, mencoba lari dan berpindah dari topik, kau menyerah.

"Waktunya tidak tepat, za. setidaknya bukan sekarang. Aku akan cerita, Janji ! tapi tidak sekarang"

Dan begitu saja malam berakhir. Aku tak tahu siapa yang menang dan kalah, tapi kurasa kita memang tak sedang bertarung.

Esoknya, kita kembali seperti biasa, seperti sebelum-sebelumnya. Celoteh kekanakan, celetukan cela, tertawa lepas, seolah lupa pembicaraan serius tadi malam. Tidak, seolah pembicaraan semalam tak pernah ada.

Dan begitulah, kini aku pulang kembali. membawa beribu tanya yang mungkin sudah ku tahu jawabnya. Masih sibuk menduga walau mungkin sudah tahu kenyataannya. Ah, mungkin aku hanya sedang berusaha menghibur diri, menolak percaya sebelum aku mendengar sendiri kata itu keluar dari mulutmu. Tapi sudahlah, mungkin lebih baik menunggu kau berbicara daripada memaksa.

Kecewa? mungkin. Tapi apa hak yang kumiliki untuk merasakan kecewa? Aku yang terlalu naif dan percaya diri, menganggap aku tahu, kenal dan paham akan dirimu. Padahal mungkin dalam kenyataan, tidak sama sekali.

Terkadang, ada orang, yang kepadanya kita berkeluh segala hal, yang kepadanya kita ceritakan semua yang tak orang lain ketahui. Tapi terkadang, kita tak keberatan semua orang tahu, asalkan, asalkan saja dia tak tahu.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar