"Kau tahu akhir cerita dari Tom and Jerry?"
hening
"Tom dan Jerry mati, mereka berdua bunuh diri dengan duduk di atas rel kereta dan menunggu kereta datang untuk menabrak mereka."
"Tom memilih bunuh diri karena cintanya kepada sang kucing betina tidak terbalaskan, meski ia telah memberikan segalanya bagi sang kucing betina, termasuk menjual dirinya sebagai budak untuk 20 tahun hanya untuk membelikan sang kucing betina sebuah mobil mewah."
"Dan Jerry. Sebenarnya ia bahagia dengan apa yang ia punya. Ia punya pacar yang pengertian, hidup tenang tanpa diganggu oleh Tom."
"Tapi suatu saat ia sadar. Ia merasa kesepian tanpa adanya Tom di hidupnya untuk mengganggunya."
"Akhirnya setelah ia tahu bahwa sang pacar pergi dengan tikus jantan lain, ia memilih pergi menyusul Tom untuk bunuh diri. Menyedihkan, bukan?"
"Apa kita juga akan seperti itu, mengingat semua kisah Tom begitu mirip denganku?"
ada panah yang menghujam
"Tidak"
"kau akan bahagia. Aku tahu itu. Kau bukan orang yang mudah menyerah karena hal itu."
helaaan nafas terdengar.
"Aku tahu. Tapi melihat Jerry bahagia, hatiku sakit juga."
dan sesuatu menetes jatuh
#The real Ending of Cartoon show "Tom & Jerry". I'm not kidding.
Hidup ini indah. Kau hanya harus menyadari beberapa hal. sesederhana buram jendela karena tempias hujan, sesederhana ribuan lagu yang tak pernah berhenti bersenandung. sesederhana derai sunyi yang menenangkan. hidup ini indah, karena bahagia itu sederhana.
Kamis, 27 Juni 2013
Senin, 24 Juni 2013
Lepaskan.. biar lega nafasmu
My dentist once told me than letting go is like pulling a tooth.
When it was pulled out, you're relieved, but how many times does your tongue run itself over the spot where the tooth once was? Probably a hundred times a day.
just because it was not hurting you doesn't mean you didn't notice it. It leaves a gap and sometimes you see yourself missing it terribly. It's going to take a while, but it takes time.
Should you have kept the tooth?
No, because it was causing you so much pain.
Therefore, move on and let go..
When it was pulled out, you're relieved, but how many times does your tongue run itself over the spot where the tooth once was? Probably a hundred times a day.
just because it was not hurting you doesn't mean you didn't notice it. It leaves a gap and sometimes you see yourself missing it terribly. It's going to take a while, but it takes time.
Should you have kept the tooth?
No, because it was causing you so much pain.
Therefore, move on and let go..
Minggu, 02 Juni 2013
Juni ! Juni ! Juni !!!
Juni menyapa.
Harum rumput basah di pagi hari terasa lebih segar.
Wangi tanah yang habis bermandi hujan tercium lebih kuat.
Pagi ini cerah, siang ini hangat, entah dengan nanti sore.
Tapi kurasa aku tak keberatan bila hujan kembali menyapa.
Mungkin aku sudah gila. Tersenyum sendiri tanpa sebab.
Bahagia tanpa alasan. Ah, tapi siapa yang butuh alasan untuk
bahagia ?
Lalu kenapa riang tiba-tiba datang menyergap?
Well, because It’s June. Duh…
Dekat tapi jauh
Kata mereka, jalan pulang selalu terasa lebih singkat.
Nyatanya tidak demikian yang kualami siang ini. Perjalanan berangkat kemarin siang berjalan seperti biasa, sattu jam yang pengap dan panas, berdesakan dengan penumpang lain dalam angkutan umum yang selalu menarik penumpang melebihi kapasitas. Walau gerah, setidaknya perjalanan kemarin terasa lebih singkat, mungkin karena aku terlalu banyak berfikir, sibuk menduga, rusuh menyusun strategi, mempersiapkan cara berbicara yang paling sesuai denganmu.
Seperti itu saja. Semua gelisah itu hilang waktu melihat tawa dan teriakan-teriakan kekanakan darimu hahahaha. Siapa pula menyuruhmu tidur sore hingga kau tak sadar aku sudah sedari tadi masuk dan memperhatikanmu tidur (dengan bonus make up gratis di pipi dengan spidol merah hahaha). Well, dan seperti kunjungan-kunjunganku yang lain, agenda kita tetap sama. Ngobrol, saling mencela, jalan kaki gak jelas tujuan, dan cari makan malam-malam sambil sesekali menertawakan dan melirik diam-diam puluhan pasangan yang tersebar di setiap sudut tempat.
Tapi, kedatanganku kali ini punya tujuan khusus, atas nama misi yang harus diselesaikan. Aku paham, kau mungkin mengetahui itu sejak awal, hanya kita berdua pura-pura tak peduli dan menutupinya dengan berbagai celoteh iseng dan aksi cela-mencela. Namun, aku tak datang jauh-jauh kesini hanya sekedar untuk bercanda, menempuh 56 km dan mengorbankan sehari cuti dari tugas untuk menyelesaikan amanah. Walau mungkin di kali lain aku tak keberatan, tapi tetap, kali ini berbeda.
Maka ketika harusnya kita sudah terpejam seperti biasa. Aku paksa kau tetap terjaga.
"Tak ada yang ingin kau ceritakan padaku?"
Singkat tanyaku, tapi aku tahu, kalimat itu sempurna menguapkan kantuk yang sejak tadi bersarang di kepalamu. Dan seperti biasa, dengan cengengesan kau berkilah, memasang jurus bercanda dan kekanakan yang selalu kau lancarkan. Tapi sayang, Nope, this night that won't working on me !
Dan akhirnya, setelah satu jam berkilah, mencoba lari dan berpindah dari topik, kau menyerah.
"Waktunya tidak tepat, za. setidaknya bukan sekarang. Aku akan cerita, Janji ! tapi tidak sekarang"
Dan begitu saja malam berakhir. Aku tak tahu siapa yang menang dan kalah, tapi kurasa kita memang tak sedang bertarung.
Esoknya, kita kembali seperti biasa, seperti sebelum-sebelumnya. Celoteh kekanakan, celetukan cela, tertawa lepas, seolah lupa pembicaraan serius tadi malam. Tidak, seolah pembicaraan semalam tak pernah ada.
Dan begitulah, kini aku pulang kembali. membawa beribu tanya yang mungkin sudah ku tahu jawabnya. Masih sibuk menduga walau mungkin sudah tahu kenyataannya. Ah, mungkin aku hanya sedang berusaha menghibur diri, menolak percaya sebelum aku mendengar sendiri kata itu keluar dari mulutmu. Tapi sudahlah, mungkin lebih baik menunggu kau berbicara daripada memaksa.
Kecewa? mungkin. Tapi apa hak yang kumiliki untuk merasakan kecewa? Aku yang terlalu naif dan percaya diri, menganggap aku tahu, kenal dan paham akan dirimu. Padahal mungkin dalam kenyataan, tidak sama sekali.
Terkadang, ada orang, yang kepadanya kita berkeluh segala hal, yang kepadanya kita ceritakan semua yang tak orang lain ketahui. Tapi terkadang, kita tak keberatan semua orang tahu, asalkan, asalkan saja dia tak tahu.
Nyatanya tidak demikian yang kualami siang ini. Perjalanan berangkat kemarin siang berjalan seperti biasa, sattu jam yang pengap dan panas, berdesakan dengan penumpang lain dalam angkutan umum yang selalu menarik penumpang melebihi kapasitas. Walau gerah, setidaknya perjalanan kemarin terasa lebih singkat, mungkin karena aku terlalu banyak berfikir, sibuk menduga, rusuh menyusun strategi, mempersiapkan cara berbicara yang paling sesuai denganmu.
Seperti itu saja. Semua gelisah itu hilang waktu melihat tawa dan teriakan-teriakan kekanakan darimu hahahaha. Siapa pula menyuruhmu tidur sore hingga kau tak sadar aku sudah sedari tadi masuk dan memperhatikanmu tidur (dengan bonus make up gratis di pipi dengan spidol merah hahaha). Well, dan seperti kunjungan-kunjunganku yang lain, agenda kita tetap sama. Ngobrol, saling mencela, jalan kaki gak jelas tujuan, dan cari makan malam-malam sambil sesekali menertawakan dan melirik diam-diam puluhan pasangan yang tersebar di setiap sudut tempat.
Tapi, kedatanganku kali ini punya tujuan khusus, atas nama misi yang harus diselesaikan. Aku paham, kau mungkin mengetahui itu sejak awal, hanya kita berdua pura-pura tak peduli dan menutupinya dengan berbagai celoteh iseng dan aksi cela-mencela. Namun, aku tak datang jauh-jauh kesini hanya sekedar untuk bercanda, menempuh 56 km dan mengorbankan sehari cuti dari tugas untuk menyelesaikan amanah. Walau mungkin di kali lain aku tak keberatan, tapi tetap, kali ini berbeda.
Maka ketika harusnya kita sudah terpejam seperti biasa. Aku paksa kau tetap terjaga.
"Tak ada yang ingin kau ceritakan padaku?"
Singkat tanyaku, tapi aku tahu, kalimat itu sempurna menguapkan kantuk yang sejak tadi bersarang di kepalamu. Dan seperti biasa, dengan cengengesan kau berkilah, memasang jurus bercanda dan kekanakan yang selalu kau lancarkan. Tapi sayang, Nope, this night that won't working on me !
Dan akhirnya, setelah satu jam berkilah, mencoba lari dan berpindah dari topik, kau menyerah.
"Waktunya tidak tepat, za. setidaknya bukan sekarang. Aku akan cerita, Janji ! tapi tidak sekarang"
Dan begitu saja malam berakhir. Aku tak tahu siapa yang menang dan kalah, tapi kurasa kita memang tak sedang bertarung.
Esoknya, kita kembali seperti biasa, seperti sebelum-sebelumnya. Celoteh kekanakan, celetukan cela, tertawa lepas, seolah lupa pembicaraan serius tadi malam. Tidak, seolah pembicaraan semalam tak pernah ada.
Dan begitulah, kini aku pulang kembali. membawa beribu tanya yang mungkin sudah ku tahu jawabnya. Masih sibuk menduga walau mungkin sudah tahu kenyataannya. Ah, mungkin aku hanya sedang berusaha menghibur diri, menolak percaya sebelum aku mendengar sendiri kata itu keluar dari mulutmu. Tapi sudahlah, mungkin lebih baik menunggu kau berbicara daripada memaksa.
Kecewa? mungkin. Tapi apa hak yang kumiliki untuk merasakan kecewa? Aku yang terlalu naif dan percaya diri, menganggap aku tahu, kenal dan paham akan dirimu. Padahal mungkin dalam kenyataan, tidak sama sekali.
Terkadang, ada orang, yang kepadanya kita berkeluh segala hal, yang kepadanya kita ceritakan semua yang tak orang lain ketahui. Tapi terkadang, kita tak keberatan semua orang tahu, asalkan, asalkan saja dia tak tahu.
Langganan:
Postingan (Atom)