25 November 2015.
Membuka media sosial hari ini, sebagian besar status maupun
update teman-teman di jendela masa bernada sama.
Hari guru.
Ada yang menampilkan foto yang suasana peringatan tadi pagi di
sekolahnya, ada yang menulis notes dan kenangan tentang guru ketika dulu di masa
sekolah, ada yang sekadar mengucapkan selamat dan terimakasih, juga tentang
definisi guru yang tak terbatas pada seseorang yang memberikan pelajaran secara
formal di depan kelas, lebih luas dari itu, kata mereka.
Saya tersenyum, terharu, menggulirkan halaman demi halaman
jendela masa, melihat foto-foto penuh senyum (dan kado :P). Saya pun besar di
lingkungan yang dekat dengan pendidikan. Ibu saya guru, ayah saya tenaga
administrasi di salah satu Sekolah Menengah Atas tak jauh dari rumah, kami tinggal di komplek pendidikan dengan tetangga sekeliling yang banyak berprofesi sebagai guru, dari 9 rumah di lingkungan Gang kecil tempat kami
tinggal, 7 rumah diantaranya dihuni oleh keluarga guru.
Saya pun, pernah dan masih memiliki cita-cita untuk menjadi
seorang guru. Bukan tak bersyukur dengan pekerjaan saat ini. Tentu saja saya
bersyukur, posisi yang saya tempati saat ini mungkin diperebutkan oleh puluhan
ribu pencari kerja tiap tahunnya. Alhamdulillah, saya bisa sampai di tempat
ini. Tapi bukan berarti duduk di kursi ini membuat keinginan saya untuk
mengajar hilang. Hingga detik ini, keinginan untuk berbagi ilmu, berdiri di
depan kelas, mengamati perilaku sosial yang berbeda dari tiap pelajar. Aahhh..
indah sekali membayangkannya.
gambar ambil dari sini
Teringat dulu, tiga tahun yang lalu ketika masa jeda antara
lulus kuliah dan menunggu keputusan penempatan kerja, saya terima tawaran Paman
untuk mengisi posisi guru matematika yang sedang kosong di salah satu yayasan sekolah di luar kota, ratusan kilometer dari rumah. Mengajar
matematika untuk kelas 3 SMP dan kelas 2 SMA. Bahkan tak genap satu semester,
tapi banyak pengalaman yang masih saya simpan baik-baik. Menyiapkan bahan ajar
esok hari dengan metode yang bisa dengan mudah diterima pelajar, menyisipkan
pengetahuan-pengetahuan umum tentang psikologi untuk membuat mereka rileks dan
lebih terbuka (selama kuliah, saya mempelajari dunia akuntansi, tapi entah
mengapa topik psikologi selalu menarik perhatian ^^), mengkreasikan metode
ujian/kuis dengan cara yang lebih kreatif, dan pasti mengamati mereka satu per
satu dan mencoba memahami kelebihan, kekurangan, dan minat mereka
masing-masing.
Masih ingat, pas belanja mingguan ke kota, misi khusus saya adalah membeli spidol warna-warni agar
catatan di papan tulis terlihat lebih menarik, beli kertas origami untuk kertas
soal ujian, dibentuk macem-macem dulu baru tulis soalnya, kemudian dikembalikan
ke bentuk asal. Alhasil, yang mau ngerjain soal harus bisa melipat kertasnya ke
bentuk origami dulu baru bisa melihat soal hahahahaha. Kalau dipikir iseng
banget. Dan ketika esoknya perpisahan, malamnya begadang menyiapkan surat
khusus untuk masing-masing anak dengan isi yang beda, sesuai dengan kepada
siapa surat itu tertuju. Lalu di saat perpisahan dan pamitan, yang menangis
tidak hanya muridnya, yang kakak gurunya ini justru malah terisak juga, sambil di
antar ke gerbang sekolah ditemani lambai-lambai dan teriakan serta panggilan
yang masih ramai bahkan hingga gerbang sekolah hampir tak tampak. Ah... masa
itu... ^^
Kembali lagi ke jendela masa, memperhatikan dan menganalisis
satu persatu update dan kiriman orang-orang yang dikenal, membuatku menyadari
betapa banyak ternyata teman SD, SMP, dan SMA yang kini telah menjadi guru. Telah
mengabdikan dirinya untuk membagi ilmu dan memajukan pendidikan. Alhamdulillah.
Beberapa dari mereka bahkan berdiri berdampingan dengan guru senior yang
dulunya mengajar kami, tak henti mengambil hikmah dan bersiap menggantikan
ketika kelak tiba masanya untuk beliau-beliau beristirahat.
terimakasih, Guru !! (dari sini)
Terakhir, ucap terima kasih untuk semua guru di manapun
kalian berada. Guru dengan pakaian dinas lengkap, guru dengan pakaian seadanya,
guru yang sudah mendapat tunjangan sertifikasi, guru yang masih dibayar dengan
hasil kebun (ada, masih ada, kawan), guru yang berdiri formal di depan kelas,
guru yang ada dimanapun, di jalanan, di gerbong kereta, di terminal, di
lapak-lapak pedagang sayur, guru dimanapun yang menciptakan madrasah ilmu di
tempat yang tak terduga.
Untuk semua guru, para pembagi ilmu, dan penebar hikmah,
Terima kasih
Selamat Hari Guru