Jumat, 18 Juli 2014

Indah dikenang, Tak ingin diulang {2}

Lanjut dari cerita sebelumnya ~~

Selesai acara fisik-fisikan, saatnya mulai masuk kelas dan pendidikan di kelas. Nah, disini lah mulai tampak segala kekompakan dan jiwa korsa yang tertanam, soalnya kita udah dikumpulkan bareng teman-teman sekelas. Sembilan belas jam bersama, kemana-mana harus bareng, gak boleh ada yang mencar atau jalan sendiri. Dari barak menuju kelas, baris dulu, rapi, baru lari dan harus nyanyi selama proses moving !! Istirahat siang, mau sholat ke mesjid, baris lagi, rapi, lari lagi, nyanyi lagi, mau ke toilet, juga gak boleh sendiri, minimal berdua, baris sejajar, lari dan nyanyi (-_-)”. Bahkan mau makan dari barak ke ruang makan juga mesti baris dulu, mesti lengkap dulu baru boleh berangkat, padahal ya jarak barak sama ruang makan cuma sepelemparan batu doang, pas lari, nyanyi, itu baru nyampe baris kedua lirik udah nyampe hahaha. Tapi itu jadi benar-benar ngajarin untuk kompak, untuk saling mengingatkan biar gak lelet-lelet, untuk bisa mengajarkan kita perhatian, siapa yang masih belum hadir, kenapa? Dimana? Ya.. walaupun seringnya yang telat ya itu-itu juga orangnya. Dan lebih mengherankan lagi, yang telat itu cowok. Padahal secara logika, cewek dimana-mana juga lebih ribet. Apalagi pada pake jilbab, make rok dulu, jilbabnya didouble dulu, pake peniti dulu. Lah cowok? Mau sisiran juga rambutnya pada gak ada kan? L

Nah, itu cerita secara garis besar, ada baiknya untuk kita rinci lebih detail lagi, biar kelak kalau lagi dongkol ingat kerjaan, baca ini semoga bisa menerbitkan senyum lagi.

Pukul 03.00
Kehidupan kami bermula saat ayam bahkan belum bangun. Maklum, berhubung diklatnya berbarengan dengan Ramadhan, berbeda dengan teman-teman gelombang sebelumnya, kami memulai hari dengan sahur dulu untuk yang berpuasa. Jam 02.45, teriakan ‘yoayoayoayo’ khas senat (pemimpin peserta prajab, ketua angkatan) pun sudah membahana, mengganggu tidur nyenyak yang dirasa baru sesaat, lengkap dengan lengkingan peluit yang (kalau kata teman saya) kayaknya usianya udah tahunan. Muka-muka ngantuk bermunculan di halaman depan, otak bawah sadar sudah paham memposisikan diri di barisan kelasnya masing-masing, meski sebagian besar mata masih merem dan menyempatkan tidur sejenak sambil berdiri sembari menunggu semuanya lengkap. Baris, hitung, lengkap, berangkat menuju ke ruang makan (jangan lupa, lari dan nyanyi !). Sampai di depan ruang makan, barisan di bubarkan, pas mau masuk, jangan lupa hormat sama teriak “Izin masuk !”. Setelah itu langsung deh buat antrian ngambil nasi masing-masing. Ngambil nasinya sih bebas sesuai keinginan, tapi masalahnya adalah semua yang terhidang harus habis L. Jadilah yang sering jadi korban itu teman-teman cowok yang berjiwa ksatria :P. Seringnya mereka makan dengan nasi menggunung yang bahkan siapa pun yang ngeliat bisa mual. Kasian sih, makanya pada akhirnya lebih milih ngambil nasi banyak, soal habis atau tidak urusan nanti, pokoknya yang ada di stall habis dulu, kasian kalau mereka yang jadi korban terus. 
Terkait acara makan ini, beberapa teman sampe dapat julukan “tim pembersih” karena biasanya mereka yang jadi muara semua tumpukan nasih dan lauk yang tersisa. Lauknya gak cuma satu, tapi banyaaaaak. Sebenarnya agak merasa gimana ketika ayam goreng, daging rendang, dan sepotong ikan utuh bersatu dalam piring yang sama, berasa boros banget L hhh...

Sahur dimulai, doa dulu, teriak izin makan yang keras baru deh makan. Kalau ada pelatih biasanya makannya diwaktuin, kalau pelatihnya gak ada, curi-curi, senatnya berusaha ngasih waktu lebih longgar :p. Selesai sahur, doa, izin keluar dari ruangan, baris lagi terus lari ke barak. Ada yang belajar untuk persiapan diklat di kelas, ada yang mandi dulu, tapi 99 persennya tidur lagi hahaha.
Pukul 04.45 semua udah dibangunin lagi, persiapan sholat shubuh. Begitu adzan, langsung sholat,  selesai sholat langsung baris lagi depan asrama karena 05.15 pelatih sudah siaga di lapangan, siap untuk senam pagi.

Senam pagi mulai, rentangkan tangan dulu. Pemanasan, loncat-loncat di tempat. Kalau yang ngambil senam pelatih “Srtn” maka lari pagi ditiadakan (tapi diganti malamnya, sama aja L), tapi kalau yang ngambil senam pelatih yang lain, kita lari pagi dulu, ngitarin jalur luar, dari lapangan, ke arah ruang makan, ke arah barak, ke aula depan, terus balik lagi ke lapangan. Lari  hari pertama dan kedua cuma satu kali keliling, makin hari makin meningkat sampe hari terakhir empat kali keliling lapangan (karena kita diklatnya puasa. Teman-teman gelombang sebelumnya sampai tujuh kali katanya). Selasai lari, balik lapangan lagi. Atur nafas, pendinginan sedikit, terus tiarap. Push up dulu, habis itu guling kanan sekali, ambil sikap sit up. Habis itu sikap lilin, angkat kaki sembilan puluh derajat, tahan sekian detik, turun 45 derajat, tahan sekian detik, turun tiga puluh derajat, tahan sekian detik, turun 15 derajat, tahan sekian detik.. makin rendah derajatnya, makin susah dilakukan, makin banyak rintihan terdengar hahaha. Kalau tadi cuma ditahan, sekarang naik lagi, 90 derajat, buka tutup 20 kali hitungan, hitungan taktis (1,2,3,1 )(1,2,3,2) ... (1,2,3, 20), habis itu turun 450, lalu 300 dan terakhir 150. Selesai buka tutup, kakinya naik lagi, sekarang gerakan atas bawah kayak ngayuh sepeda, mulai dari 900, 450, 300, sampe 150 derajat.

Push up udah, sit up udah, sikap lilin udah, sekarang sikap cobra. Badan telungkup, tangan di belakang leher, angkat kepala, kaki dan badan setinggi mungkin sampe yang nyentuh tanah cuma perut. Nah selesai acara telantang dan telungkup, berdiri lagi. Pendingingan utama, tarik nafas dan buang. Akhirnya senam pagi usai juga.

Selanjutnya persiapan apel pagi dan pengibaran bendera. Masing-masing ketua kelas laporan yang hadir di tempat berapa orang, lengap atau tidak, kalau kurang alasannya apa, siapa, dimana, kondisinya. Acara senam sama apel pagi ini selesai kira2 sampai pukul 07.05, habis itu lari lagi ke barak pembersihan secepat mungkin karena 07.20 sudah baris lagi depan asrama, sementara itu teman-teman yang gak puasa makan pagi (kasian sebenarnya, mereka waktu pembersihannya mepet banget karena dipotong makan pagi dulu, tapi mungkin imbang lah ya, kan mereka gak ikut sahur tadi).

07.20 setelah pembersihan (mandi dan beres2) ekstra singkat, kumpul lagi depan barak, bersiap berangkat ke kelas. Jangan sampai pengajar datang duluan, alamat bakal ditindak satu angkatan kalau ada kelas yang telat (tindakan adalah pengganti kata hukuman dalam diklat ini). Nah  masa baris pagi ini banyak kejadian hectic dan lucu pasti terjadi. Teriakan kumpul, peluit, dan seruan “yoayoayoayo” senat pasti bikin semua orang panik, jadilah yang penting keluar dulu, rapih-rapihnya di barisan hahaha. Sampe di barisan banyak yang dasinya masih tergantung, kancing baju atas belum sempurna, pake kaus kaki baru sebelah, yang pake jilbab baru peniti di dagu doang, bross sama peniti2 lainnya di pegang di tangan. Di acara baris pagi ini, pasti ada seorang teman sekelas yang selalu terakhir kumpul, sampe-sampe harus kita teriakin tiap pagi, kamarnya di lantai dua, dan seringnya dia masih sempat melongok keluar pas diteriakin, hadeeeeeh.. tapi berhubung orangnya lucu sih, mau dongkol juga pasti gak jadi hahaha.

Paling telat 07.28 udah berangkat dari barak menuju kelas, sampe di kelas langsung ngidupin AC, siap-siapin persiapan ajar, nyediain flipchart, segala macem spidol dan stiker2, nyalain laptop dan proyektor, lalu duduk manis nunggu pengajar (seringnya nyiap-nyiapin pas pengajarnya udah ada sih ;p). Pukul 07.30 kelas dimulai. Diawali  dengan laporan ketua kelas kepada pengajar, doa dan yel-yel.

Pukul 12.15 waktunya istirahat siang. Baris lagi di luar kelas lalu berangkat menuju barak (inget, lari sambil nyanyi !). Oh iya, jangan lupa hormat pohon mangga !! Hahaha. Jadi ceritannya, karena masa diklat di kelas kan pelatih gak mengawasi kita secara langsung, jadi penggantinya tiap kita melewati pohon mangga yang ada di sebelah asrama kanan, kita harus menganggap pohon tsb seperti pelatih, harus izin, hormat sama ngucapin “Selamat pagi/siang/sore/malam, pohon mangga”.  Absurd dan agak aneh memang tapi jadinya lucu hahaha. Sampai di barak, barisan bubar, yang cewek sholat di barak, yang cowok sholat di mesjid, yang gak puasa makan siang.

Pukul 12.45 Kelas dimulai lagi. Pendidikan di kelas selesai jam 17.30 (dijeda 15 menit pukul 15.15 untuk sholat ashar).

Pukul 17.30 selesai kelas, langsung baris depan ruangan, berangkat menuju barak, ganti pakaian batik, habis itu langsung baris lagi, persiapan menuju ruang makan untuk berbuka puasa bagi yang puasa. Yang gak puasa bisa istirahat panjang sampai selesai tarawih. 17.50 berbuka puasa dengan tiga butir kurma, satu botol air mineral 600 ml, satu gelas kecil air kelapa, satu gelas plastik kecil kolak , dan terkadang kalau ada rezeki dapat jarahan gorengan hahaha. Selesai berbuka kembali ke barak, sholat maghrib dan persiapan Isya dan tarawih. Makannya kapan?? Nanti, habis tarawih T.T
Tarawih berjama’ah di mesjid, yang jadi imam gantian antara teman-teman yang cowok. Tarawih delapan rakaat ditambah witir tiga rakaat. Selesai tarawih, langsung kumpul lagi. Baris di depan barak kira-kira pukul 20.10 lalu berangkat menuju ruang makan. Nah, kalau pas sahur makannya pada tersiksa semua, pas makan malam biasanya pada habis, walau nasi yang disediakan menggunung (pada kelaparan semua hahaha).

Pukul 20.45
Selesai makan malam, persiapan untuk apel malam. Terkadang di aula, lebih seringnya di lapangan. Cek kelengkapan anggota, laporan ketua kelas, nasehat ini itu dari pelatih, info ini itu dari penyelenggara. Tapi kalau pagi atau siangnya ada yang berulah, ada yang telat, atau kita kumpulnya telat, jalan jongkok dulu lah keliling lapangan, push up-push up dulu lah lima puluhan kali.
Tapi yang paling high light itu pas minggu kedua diklat, ketika salah seorang teman (kebetulan dari kelas saya) kedapatan buka ponsel di depan pengajar L. Pengajar yg lain mungkin bersikap biasa aja atau setidaknya menegur sambil lalu, tapi kebetulan pengajar yang masuk kelas waktu itu pengajar yang memang memiliki basic menwa atau militer-militer gitu. Jadilah malamnya kita dapat paket lengkap. Merayap dulu di lapangan yang becek sisa hujan, merangkak dulu ngitarin lapangan, jalan jongkok dulu kelilingin lapangan, untuk yang cowok tambah guling-guling, ketika yg cowok guling-guling, yang cewek disuruh hormat, dan gak boleh turun tangannya (pegeeeeeeel). Dan yang pasti itu semua dengan kondisi rapi jali, cewek kebanyakan pake rok, batik cantik dan elegan, sepatu pantofel hitam mengkilat. Dan pada akhirnya semua batik yang dipakai malam itu sepertinya harus dimuseumkan, karena udah gak berbentuk lagi L

Pukul 22.15
Selesai apel malam, kita ke ruang kelas A dan kelas B, untuk makan snack malam. Snack malam biasanya terdiri dari tiga jenis, ubi-ubian, jagung, atau pisang goreng; kacang-kacangan sejenis sukro; sama keripik singkok. Ditambah segelas teh hangat. Selesai makan snack malam, akhirnyaaaaa.. bisa bertemu dengan kasur. Walau pada kenyataannya pada bisa tidur biasanya pukul 00.00. Terkadang apel malamnya selesai lamaaaa bgt, atau ada pemeriksaan kerapian kamar, atau ada yang memilih untuk mandi dan bebersih dulu.

Dan begitulah, mari kita tidur, karena besok siklus yang sama akan terulang kembali. :D

Selasa, 15 Juli 2014

Indah dikenang, Tak ingin diulang {1}

Halo.. kemana saja saya? Hahaha iya, baru sadar kalau tak pulang ke “rumah sendiri’ udah hampir satu setengah bulan. Entah kenapa akhir2 ini memang sedang sedikit tak berselera berlama-lama di dunia maya. Tapi tiga minggu kemarin memang saya sama sekali tak punya kesempatan untuk  buka laptop (lah gimana mau buka, bawa  aja gak).

Jadi ceritanya tiga minggu kemarin saya mengikuti sebuah pelatihan, pelatihan wajib yang pasti pernah diikuti oleh siapa pun yang berstatus abdi negara. Sebut saja namanya prajabatan #namanya memang itu.

Tiga minggu kemarin kita disolasi dari dunia luar, tempatnya gak jauh-jauh juga sih, cuma di jakarta timur, tapi memang daerahnya lumayan sepi dan jarang dilewati hahaha. Tidak ada angkutan umum yang lewat. Kemarin pas mau pulang itu jadilah semua pada nelpon taksi dan rombongan taksi pun berduyun-duyun antri untuk menjemput kami satu per satu.
Apa yang saya dapat selama tiga minggu kemarin?
Banyak.. teman baru, pelatihan kedisiplinan, metode belajar dan pembelajaran yang seru, berbagai games menarik yang bahkan saya catet, berniat mengaplikasikannya suatu saat. Dan satu hal yang pasti dirasakan semua peserta, pegel !!! Hahahaha

Jadi, selama tiga minggu itu itu diisi dengan kegiatan belajar di kelas dan bela negara. Nah, yang terberat itu sebenarnya yang bagian bela negaranya. Kita gak disuruh angkat senapan sih, gak disuruh berperang untuk lawan Malaysia juga, cuma hal-hal ringan semacam “guling-guling di lapangan, rayap-rayap di rumput, ngerangkak di  tanah berpasir, jalan jongkok tak henti-henti, lari-lari gak jelas, jungkir-jungkir ke sana kemari. “Ringan” memang kedengarannya, tapi lumayan juga waktu dijalanin hehehhe. Dari semua yang disebutkan itu masing- masing agenda punya keistimewaannya sendiri.
·         Guling. Disuruh guling, ya udah glundung kesana kemari. Masalahnya, pas guling itu  kemampuan kita untuk menebak arah entah kenapa tiba-tiba menghilang. Jadilah yang awalnya berbaris rapi pas disuruh guling dari tepi lapangan ke ujung satunya, hasilnya udah pada kemana-mana, ada yang bisa guling lurus, ada yang nyasar ke sisi lain, ada yang gulingnya udah bentuk kurva, sampe ada yang nyungsep mencium sepatu pelatih hahaha. Dan bonusnya lagi nih, hasil guling-guling ini karena buta orientasi bikin kepala lumayan pusing, jadilah di sana-sini terdapat onggokan hasil perjuangan banyak orang (maaf, m#ntahan). Dan karena kita gulingnya gak cuma sekali, tapi berpuluh-puluh kali, maka jadilah itu udah tak terpikirkan lagi, udah dilewatin, udah dilindasin, udah segala macamlah berbaur dengan tubuh (kok ceritanya jadi agak menjijikkan gini ya?). Begitulah acara guling-guling yang jadi high-light diklat ini.
·         Selanjutnya adalah merayap. Nah, kalau guling kita tinggal nge-glundung saja, kalau merayap ini butuh lebih banyak effort, pasalnya kita harus membawa beban tubuh berpangku di kekuatan lengan bawah. Susaaaah. Syukurnya pas awal-awal diajarin triknya sama teman yang dari Bea Cukai, jadi kalau ngerayap itu kakinya dipake, bertumpunya di ujung kaki untuk  ngedorong badan, jadilah ngerayapnya gak terlalu berat.
·         Nah, ada ngerayap normal, ada juga ngerayap punggung. Kalau ngerayap normal, kita posisi awalnya tengkurap atau tiarap, kalau ngerayap punggung, kita posisi awalnya telentang. Untuk ngerayap punggung ini lebih baik kalau mengandalkan kekuatan punggung bagian atas sama telapak kaki buat ngedorong, bisa juga sih pake lengan tapi jadinya lebih berat, mending pake punggung aja.
·         Setelah berkotor-kotor ngerayap, saatnya kita sedikit berpisah dengan bumi hahaha, maksudnya gak semua badan nempel di tanah lagi. Agenda berikutnya adalah merangkak. Merangkak gak susah sih, karena pada dasarnya semuanya pasti pernah merangkak pas dulu zaman belajar jalan. Yang susah itu adalah merangkak di lintasan yang tanahnya keras atau ada pasirnya T_T. Mak, itu lututnya sakiiiiit. ketika merangkaknya di rumput , semuanya pasti lancar, nyanyinya pada keras, begitu masuk lintasan tanah keras sama pasir, semua nyanyian berubah jadi teriakan “aduh” hahaha.
·         Guling, rayap, merangkak udah, berikutnya adalah jungkir. Pada ngerti jungkir kan? Jadi itu kayak kita posisi setengah berdiri, terus badannya dilemparin ke depan sambil ditekuk (catatan: kepala jangan sampe kena tanah, berbahaya). Cuma untungnya pas diklat kemarin yang boleh jungkir cuma cowok, cewek gak dibolehin hehehe takut kenapa-napa sepertinya karena mungkin cewek gak tau triknya.
·         Satu hal yang jadi langganan dan mungkin tindakan paling memungkinkan dilaksanakan dalam semua kondisi, terbebas dari kita pakaian dinas, batik atau putih hitam, adalah jalan jongkok. Kalau tindakan lain semacam guling, rayap, merangkak, itu mungkin agak gak tega dilaksanakan pas siang hari dengan pakaian rapih pas di kelas, nah jalan jongkok ini bisa terjadi kapan pun. Dibalik semua kesimpelannya itu, sayangnya jalan jongkok ini yang menyisakan after effect yang paling tinggi. Kalau abis guling2 paling pusing bentar, abis merangkak paling lututnya perih sejenak, tapi jalan jongkok, pegal betis dan paha dua hari gak hilang-hilang T.T
·      Dari semua jenis tindakan itu, ada satu tindakan yang bagi orang lain paling mudah dilaksanakan, tapi bagi saya itu yang paling menyiksa. Dan itu adalah lari L. Paling simpel emang, dan gak butuh trik-trik khusus, tapi, tapi paling menguras energi.
Dan yang paling gak tahan itu adalah pas tiga hari pertama, setiap disuruh kumpul, pasti dikerjain dulu, begitu kita sampe di lapangan, disuruh balik lagi barak dalam hitungan sepuluh semuanya sudah masuk barak, sepatu dilepas. Baru sampe pintu kamar, peluit bunyi lagi, harus udah dilapangan dalam hitungan sepuluh, begitu terus bolak balik sampai puluhan kali. Nah, pas bagian ini nih, di hari pertama saya hampir gak sanggup, sempat sesak nafas, disuruh istirahat sebentar (beneran sebentar doang, lima menit berikutnya disuruh ikut lari-lari lagi T.T).


Kegiatan fisik yang beneran bikin kaget tubuh, apalagi yang jarang olahraga seperti saya. Tapi dibalik semua keluh dan, jengkel, dan kedongkolan hati, sebenarnya merasa juga kalau badan jadi lebih ringan dan tidur lebih nyenyak (walau gak mau ngaku hahaha).

Ini sedikit cerita dari tiga minggu mengesankan yang saya lewati. part selanjutnya akan segera terbit ^^