Sudah semenjak minggu yang lalu, pemberangkatan pertama
telah dilaksanakan. Teman-teman yang mendapat rezeki untuk memulai pengabdian
dari pelosok timur dan ujung barat Indonesia telah berangkat. Membaktikan diri
pada ibu pertiwi. Meninggalkan janji-janji manis hedonitas ibu kota dan segala
ke-mentereng-an mall-mall kota besar. Terlewat satu minggu, tapi sungguh semua
yg mereka telah jalani menerbitkan seberkas cemburu di hati.
Minggu, 11 mei 2014.
Rombongan yang pertama melapor ke grup angkatan adalah
mereka, teman-teman yang membaktikan diri di tanah Papua. Foto pertama yang
mereka posting adalah sebuah bangunan bertuliskan “Bandar Udara Sentani Jayapura”.
Yap, rombongan pertama sudah menyentuhkan kaki mereka ke
tanah harapan, bentangan daratan penuh limpahan kekayaan ibu pertiwi. Mereka,
dengan muka hitam gosong sisa-sisa pelatihan militer dan kepala nyaris plontos
dengan rambut yang baru tumbuh di sana-sini tampak tersenyum, memamerkan
deretan gigi yang kontras dengan kondisi wajah hahaha. Tapi sungguh, di senyum-senyum
itu tak kulihat penyesalan, hanya senyum bahagia dan senyum tertantang akan
tempat baru.
Beberapa jam setelah itu, ponsel terus berbunyi, ternyata
laporan mereka tak sampai di situ. Belasan foto mereka lampirkan. Seolah
menenangkan kami agar tak resah, tanah Papua tidaklah seekstrem kabar burung
yang sering terbang terbawa angin.
Mereka bercerita tentang rumah kos yang terletak di
pertengahan bukit kecil yang berhadapan dengan laut. Buka pintu rumah, maka
yang terlihat adalah garis pantai yang bersih. Dan sungguh satu yang paling
membuat iri adalah ketika malamnya mereka melampirkan foto sunset pertama di
tanah timur. Empat orang duduk di tepi pantai, dengan gitar dan kepulan asap
dari mie instant, nun di belakang sana, menjadi latar foto adalah semburat jingga
kemerahan yang bertemu dengan garis lurus air laut. Ah.. siapa yang tidak ikut
tersenyum menyaksikan hal ini?
Laporan kedua datang dari tanah rencong. Bumi serambi Mekkah
yang diberkati (insya Allah). Wajah-wajah tersenyum tampak di sana-sini. Dan
laporan lucu dari makhluk-makhluk galau ini pun datang bertubi-tubi.
“Gimana
dong? Disini nyaman, aku takut betah di sini T.T. cewek-ceweknya cantik-cantik
pula :3”. Seperti yang saya bilang, entah mengapa makhluk-makhluk galau ini
dikumpulkan di satu tempat hahaha
Selanjutnya ada laporan dari Biak. Tak banyak foto, tapi
dari ramainya kicauan dan keriangan mereka menanggapi berbagai pertanyaan
setidaknya memberi kesan bahwa mereka mulai menikmati berada di tempat itu.
“Biak abrasi”
“Biak selesai dikelilingi dalam satu jam”
“di Biak ada bola naga ke-sembilan”
“Biak itu pulau kura-kura raksasa son goku”
Hahaha dan segala macam celoteh aneh tapi lucu bermunculan.
Ambon pun memberi kabar. Karena relatif minoritas, ikatan
muslim di sini kuat, katanya. Sentimen agama masih terlihat, walau tidak
ditampakkan secara nyata. Tapi semua masih dalam tahap menyenangkan. Indonesia
itu luas, begitu katanya.
Sorong dan Ternate saya belum tahu seperti apa
perkembangannya.
Sekarang menantikan pemberangkatan kedua dilepas. Kalimantan,
Sumatera bagian tengah, dan Kepulauan Nusa Tenggara segera menyusul. Tak sabar
seperti apa cerita tentang Indonesia di tanah lain.
#Baktiku padamu, Negeri
*foto-foto insya Allah menyusul