Selasa, 19 Januari 2016

Petrichor, Simfoni Hujan

Kamu tahu apa itu petrichor? Iya, memang terdengar aneh dan rumit. Mungkin akan mengingatkanmu pada buku kimia dan perpustakaan, atau bisa jadi guru eksakta jaman SMA yang galak. Tapi aku tidak sedang ingin membahas nostalgia masa belajar itu sekarang.

Keisengan yang timbul akibat hujan deras sore ini mengantarkanku pada berbagai jendela laman yang membahas bau harum yang ditimbulkan hujan. Dan salah satu bau itu disebut Petrichor. Kata Petrichor sendiri diciptakan oleh dua ilmuwan Australia, Isabel Joy Bear dan R.G. Thomas pada tahun 1964. Penelitian mereka tentang aroma hujan kemudian dipublikasikan di jurnal Nature “Nature of Agrillaceous Odor”. Petrichor berasal dari kata petra yang berarti “batu” dan ichor yang berarti “darah dewa”, keduanya adalah bahasa Yunani.

Petrichor utamanya disebabkan oleh dua hal, yaitu minyak yang menguap dari tumbuhan dan geosmin yang dilepaskan oleh mikroba. Tumbuhan mengeluarkan sejenis minyak yang mudah menguap, minyak tersebut bereaksi dengan tetesan hujan dan dilepaskan sebagai gas ke udara. Sedangkan geosmin adalah senyawa organik yang dihasilkan oleh beberapa mikroba yang hidup di tanah, air tawar, dan air laut. Geosmin dilepaskan ketika mikroba mati, dan saat terkena terpaan air hujan, geosmin terangkat ke udara dan terciptalah aerosol partikel geosmin dalam udara. Geosmin juga menjadi penyebab ikan air tawar seringkali berbau seperti tanah.

Aku tidak tahu banyak sih tentang Petrichor. Tapi cukuplah menjadi semacam bukti, bahwa bahkan sensasi melankolis sehabis hujan pun ternyata didasari fakta-fakta ilmiah yang menarik jika kita mencari tahu.

Kapan-kapan, mungkin akan aku ceritakan padamu tentang pluviophile dan nyctophilia.



Dari berbagai sumber



1 komentar: