Berpisah sejenak dengan segala kesibukan dan keterburu-buaran
ibukota, kunikmati sejenak waktu tanpa melakukan apa-apa di ruang tunggu yang
kini sesak dipenuhi wajah-wajah tak sabar bertemu keluarga, teman bisnis, atau
mungkin sekadar menjauh dari keramaian.
Dua jam di udara kini tak lagi terasa, tak kusibukkan diri
dengan menyempatkan tidur atau membaca majalah yang tersedia seperti biasanya.
Hanya menatap ke arah jendela, dan menikmati hamparan putih seluas mata
memandang.
Awan yang bergumpal, lembaran putih yang lurus, tipis dan
lebih mirip kabut, atau kumpulan yang terlihat padat dan berwarna pekat.
Bermacam-macam. Dan entah mengapa, setelah dua puluh empat tahun memandang ke
atas sana, baru kali ini kusadari bahwa aku suka awan dan langit.
Klise, mungkin.
Tapi kepulangan kali menyadarkanku bahwa betapa Pulau Sumatera, tempatku lahir
dan dibesarkan menyajikan pemandangan yang luar biasa, bahkan dalam keseharian
tanpa sesuatu yang istimewa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar