Rabu, 23 April 2014

Lantang atau diam, (dia) itu cinta {4}

Rabu, 23 April 2014. 
Pagi hari, ketika kebanyakan pegawai masih berada di luar untuk sarapan, setelah lelah-lelah mengejar absen pagi. Sang gadis berjalan keluar ruangan, berlari kecil mengejar lift yang sayangnya tertutup di depan matanya. Sedikit menghela nafas, lalu tanpa sengaja menoleh ke belakang dan matanya bersitatap dengan si pemuda yang berdiri di ambang pintu. Si gadis bergegas memalingkan mata, berpura-pura tak melihat. Sementara si pemuda kebingungan sendiri, akan tetap melangkah ke depan lift atau kembali masuk ke ruangan. Pada akhirnya, ia berdehem kecil lalu memposisikan diri seperti layaknya orang lain menunggu lift terbuka.

Mereka berdiri bersisian. Canggung. Si gadis menatap lurus ke depan, berusaha keras fokus pada selebaran entah apa yang tertempel di dekat pintu lift. Si pemuda merogoh saku, menyibukkan diri  entah dengan fitur apa yang ada di telepon genggamnya. Tapi alam sepertinya sedang sedikit usil dengan dua manusia ini. Secara normal, perhitungan kasar menyebutkan waktu yang dibutuhkan lift untuk membuka di lantai dasar adalah 2 detik, sebutlah ada sepuluh orang yang memasuki lift itu dan  tiap orang membutuhkan waktu masing-masing 1 detik untuk masuk lift. Estimasi ada yang turun di tiap lantai dan proses buka-tutup lift ini membutuhkan waktu 3 detik. Totalnya, waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke lantai 10 menurut perhitungan kasar adalah dibawah satu menit. Tapi seperti yang kita sebutkan tadi, hari ini alam sedang bertingkah jahil pada mereka, karena bahkan hingga menit ke-dua pun pintu lift itu belum jua terbuka.

Setelah hening yang cukp lama,
“Nyari makan?” ragu-ragu si pemuda bertanya.
“Hah? Ooh.. nyari teman.” Si gadis yang tak menduga akan ada percakapan di antara mereka tergeragap.

Sejenak raut wajah bingung menghiasi keduanya, lalu seperti diperintahkan, mereka tertawa dalam waktu yang bersamaan. Tertawa, lepas. 
Dan tepat saat itu pintu lift terbuka lebar

*random googling

Mau kubilang lantang, atau kupendam dalam diam, tetap saja kusebut (dia) cinta.-Tasaro GK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar