Hening. Hampir semua orang di ruangan itu sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, menatap layar laptop tak henti sejak pagi tadi. Hanya seorang gadis di pojok ruangan dengan meja kerja mungil yang tampak sedikit kikuk, ragu-ragu harus berbuat apa.
Hari ini pertama kali ia bertugas di tempat itu. dipindahkan dari posisi lamanya. naik derajat memang, tapi tetap rasanya belum terbiasa.
Diam-diam, seorang lelaki mengintip dari sudut jendela yang terbuka. Berhati-hati benar agar tak ada yang tahu bahwa ini kali kelima ia sengaja bolak balik di depan ruang tersebut. Ia merasa bodoh sendiri dengan kelakuan kekanakannya. Padahal ia tahu betul, jika ia ingin, berbicara pada sang gadis menjadi jauh lebih mudah karena posisinya yang mengharuskan mereka berinteraksi banyak. Tapi begitulah, ia memilih jalan yang berbeda.
Dari dulu, kata adalah barang langka bagi mereka berdua. Apalagi kalimat dengan embel-embel yang terkadang ingin membuat orang menggaruk tembok. Setahun saling mengenal, dan belum pernah sekali pun perbincangan mereka berada di luar koridor pekerjaan. Bahkan hingga detik itu, belum pernah ia dengar si gadis memanggil namanya, pun dengan dirinya.
Apa yang orang tahu tentang puisi dan romantis? Mereka punya jalan yang jauh berbeda.
Sejam kemudian, si gadis kembali ke meja kerjanya setelah menerima tugas dan bimbingan langsung dari atasannya. Sedikit terkejut menemukan ada benda baru yang menghuni meja mungilnya. Lalu ia tersenyum. Cukuplah benda itu menjadi hal pertama yang membuatnya tiba-tiba merasakan kenyamanan yang sejak tadi ia cari.
Ah, benda itu bukan apa-apa. Bukan seikat bunga yang harum, bukan kotak mungil yang dililiti pita cantik, bukan pula seonggok amplop berwarna manis nan wangi. Hanya sebuah permen penyegar nafas berwarna merah yang menyediakan ruang kosong untuk kau tulisi pesan di belakangnya.
Si gadis tersenyum kembali dan bersiap memulai tugas sambil mengeja pelan-pelan dua kata yang tertulis di sana.
"Happy Birthday"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar