Jumat, 06 Februari 2015

pengabdi

Bila ada yang bertanya, 
"masihkah ada pegawai pemerintah yang jujur dan berintegritas?"
Maka kujawab, Masih. Masih ada. Masih Banyak.

Masih banyak di luar sini, pegawai-pegawai pemerintah yang bersahaja, berangkat kerja dengan angkutan umum, padahal sebenarnya mampu untuk memakai kendaraan pribadi. Lalu, kenapa tidak?
Karena ia khawatir, itu akan melukai profesionalme, melukai niat untuk melayani, yang takutnya memupuk benih-benih bangga dan kesombongan.

Masih, masih banyak pegawai pemerintah yang pulang dengan berbagai hal untuk dipikirkan. Mencerna berbagai kemungkinan untuk menemukan keputusan yang tepat. Karena ia sadar, ini bukan sekedar ranah tanda tangan dan semua senang. Tapi jauh lebih besar dari itu. Tanggung jawab, di dunia dan akhirat.

Masih. Masih banyak pegawai pemerintah yang baru sampai di pintu rumah ketika malam sudah terlalu kelam. Diam-diam berjalan lalu membuka pintu, khawatir si kecil terbangun dan terganggu tidurnya.

Masih, masih banyak pegawai pemerintah yang mati-matian mempertahankan kebijakan dan pendapat demi maslahat masyarakat, walau harus bersilat lidah dengan para Dewan, walau harus duduk di lantai di Senayan sana. Dan, yang mereka dapat adalah caci dan maki, serta buruk sangka dari masyarakat yang mati-matian mereka bela.

Dulu kala, saya memandang tak terlalu suka melihat wanita-wanita yang memilih bekerja di kantoran. Pulang malam ketika anak-anaknya butuh kasih sayang. Dan jujur, saya tak ingin seperti itu. Tapi kini hidup saya mungkin tak jauh dari hal itu. Di sekeliling saya banyak rekan kerja yang harus berjuang keras, menyeimbangkan keluarga dan tanggung jawab pekerjaan. Bukan mudah, ketika keinginan memberi ASI ekslusif kepada si kecil harus diperantarai breast pump dan botol susu. Tapi, sedapat mungkin mereka berusaha melimpahi pertemuan dengan cinta dan perhatian, memancarkan rindu dan kasih dalam setiap percakapan telepon.

Berada dalam arus birokrasi, membuat saya sadar.  Terlalu banyak orang baik dan jujur di negeri ini yang sayangnya tertutup oleh segelintir noktah gelap yang entah kenapa mudah sekali terlihat. Dan satu hal paling utama yang mungkin sudah disadari siapa pun. Media. 
Kekuatan media untuk menggiring opini publik sungguh luar biasa. Yang baik bisa terlihat mengerikan seperti monster, pun sebaliknya dalang keburukan dipoles menjadi malaikat. Tidak, saya tak sedang mencap seluruh media buruk. Hanya saja, terkadang walau tak bermaksud, detil yang ditutup-tutupi oleh media dapat memicu hal buruk yang lebih besar. Jadi, untuk kita, sebagai pengguna, sebagai pemerhati, cerdaslah untuk menyaring.

Jika ada yang bertanya, 
"Masihkah ada pegawai pemerintah yang jujur dan berintegritas?"
Maka akan kujawab dengan tegas dan bangga.
Masih. Masih ada. Masih banyak.



 Sebuah malam sepulang kerja. setelah rapat 4,5 jam yang menguras energi dan pikiran.
Purnama penuh menuntun langkah-langkah menuju pulang.
catt: itu mobil2 putih bagus yang berjejer rapi ,(sayangnya) bukan punya kita ya, itu mobil-nya OJK (PENTING ^^)

2 komentar:

  1. Begitulah Indonesia, saya aja yang belum kerja udah denger dari kakak, saudara-saudara kalo ya...birokrasi Indonesia ini ya gitu lah. Yang mau bener malah disusahin, udah banyak kejadian. Miris rasanya. Semoga Tsuza-chan tetep bisa istiqomah ya!:D
    *dan semoga saya bisa jd pegawai pemerintahan jg suatu saat nanti #nangisin moratorium T^T

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin...
      Mari bergerak untuk Indonesia yang lebih baik !! hahahaha

      Semoga diberi kemudahan dalam memperoleh pekerjaan yg berkah ^^

      Hapus