Baru saja sorenya saya membaca kalimat itu di blog seseorang (maaf, saya benar-benar lupa blog siapa yg mencantumkan kalimat itu -,-"), dan sorenya, Jakarta diberkahi dengan hujan yang menderas, tumpah tanpa malu-malu.
*gambar pinjam dari sini
Sekeluarnya dari kantor, saya segera menuju ke persimpangan tempat saya biasa menunggu metromini yang membawa saya ke kosan. Tak sengaja bertemu dengan sahabat yang juga teman kos saya. Kami bercakap sejenak, dan tak terasa, tetes-tetes gerimis sebesar jagung berjatuhan. Saya yang tak membawa payung panik, bukan karena takut basah, tapi di tas saya penuh benda-benda elektronik semacam laptop, modem, dan ponsel yang sensitif terhadap air. Untungnya si kawan membawa payung, jadilah kami berpayung berdua dengan romantisnya sementara hujan turun deras tercurah.
Turun dari metromini, bukannya mereda, limpahan air itu justru semakin banyak, langit dengan murah hati menghadiahkan air tak habis-habis untuk bumi. Dan kami sampai di kosan tertawa-tawa, dalam keadaan basah sebasah-basahnya, sampai ke dalam-dalam. Laptop saya juga basah, untungnya saya dobel dengan tas notebook, sehingga walau tasnya basah tapi laptopnya masih bisa dinyalakan.
Saya suka hujan, sebenarnya. Hanya, kalau jiwa egois saya boleh memilih,
Tuhan, saya meminta hujannya sore hari saja ya, karena sampai di kantor pagi hari dengan basah kuyup itu bisa merusak banyak hal ^^
Aku juga kok..suka hujan tapi ya kalo lagi beraktivitas di luar, tetep aja ngeluh kebasahan haha :D
BalasHapushaha manusiawi kan ya?
BalasHapus