“ Pagi” dia menyapa, masih dengan jaket coklat yang sama,
masih dengan senyum lemah yang sama, masih dengan setangkai mawar putih yang ia
harap kau terima hari ini.
“Bagaimana kabarmu hari ini?” dia bertanya lagi. Kikuk.
Tapi kau masih tetap mematung.
“Maaf” suaranya
melemah, sarat dengan rasa bersalah
Dia terdiam lama. Dan kalian hanya saling merenung bisu.
“Aku harus pergi. Boleh aku datang lagi esok?” tapi sayang
tak ada jawaban. Ia meringis, tiba-tiba membeku ketika merasakan semilir angin
diam-diam menyisipi jaketnya.
“Aku tahu itu kamu”, katanya. Dan aneh, baru kali ini
kulihat ia benar-benar tersenyum.
Orang itu lalu beranjak pergi, sebelum berhenti di langkah
ke tujuh. Berbalik, menatap penuh makna gundukan tanah di bawah pohon kamboja.
“Terima kasih” dan ia berlalu.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus