Bagaimana rasanya ketika barang yang kamu berikan ternyata tidak diapresiasi atau bahkan tidak dianggap oleh si penerima?
Seharusnya sih memang setelah memberi ya sudah, lupakan. Jangan pamrih dan berharap apa-apa. Tapi ternyata tidak mudah yaa.. hehehe
Ceritanya, dalam minggu ini mengalami 2 kejadian yang sejenis walau objeknya berbeda.
Yang pertama:
Sebagai seorang yang lebih nyaman mengungkapkan bahasa cintanya lewat pemberian barang, begitu dapat kabar perpindahan tugas kerja seorang senior ke kota lain, langkah kedua yang kulakukan setelah memberi selamat adalah langsung browsing marketplace. Proses memilih barang, menebak selera, dan style si calon penerima adalah masa-masa yang sangat kunikmati. Rasanya seru aja sekaligus deg-degan orangnya suka atau gak dengan barang yang kita berikan. Penuh harap, barang itu segera ku check-out dan pantau terus posisinya di ekspedisi pengiriman.
Tiba masanya seremonial pelepasan si senior, selesai acara ramai2 kudekati beliau dan kuserahkan "kenang-kenangan" yang menurutku pasti akan dia sukai. Tapi ternyata responnya flat aja hehehe. okeylah gpp, mungkin masih overwhelming dengan acara pelepasan barusan. Yang menjatuhkan mental adalah ketika keesokan harinya, si senior ke ruang kerja kami dan memberikan "kenang-kenangan" ke salah satu dari kami berempat (saja). Di depan umum, si kawan yang menerima disuruh untuk segera buka dan coba kadonya.
Oke. Mungkin yang kita anggap spesial, tidak menganggap kita spesial. Tidak bisa dipaksanakan memang.
Cerita masih berlanjut. Si senior mengajak kami dinner untuk terkahir kali, dijadwalkan sabtu malam. Diriku yang sebenarnya sudah ada rencana di hari Sabtu kemudian membatalkan rencana karena menghormati ajakannya, dinner terakhir kali pula. Ternyata, Sabtu pukul 19.00 dikabari kalau dinner-nya tidak jadi malam itu karena masih packing untuk persiapan kepindahan minggu depan, dan dijadwalkan ulang hari minggu malam. Well, diriku yang polos dan berpositif ria ini oke-oke saja meskipun jadi terpaksa menunda beberapa rencana. Minggu malam, tidak ada kabar apa-apa. Kukirim pesan memastikan jadi tidaknya, tidak dibalas. Lalu 3 jam kemudian, kira2 pukul 10 malam, seorang teman memposting story di media sosial, video mereka sedang seru-seruan ngobrol dan main di rumah si senior. Dan, saya tidak diajak dan dikabari hahahaha.
Yang kedua:
Seorang kawan yang kini sudah pindah ke kota lain baru melahirkan di akhir bulan lalu. Ini anaknya yang kedua. Lagi-lagi, karena diri ini seringnya terlalu menganggap semua orang spesial, aku segera membeli beberapa barang untuk si kawan/si ibu, si kakak pertama, dan si dedek bayi yang baru lahir. Sebelumnya aku udah WA minta izin mau kirim kado (siapa tau orangnya gak nyaman ya kan...), ternyata dia respon positif dan segera kirim alamat rumah. Singkat cerita, barangnya sudah dikirim, nomor resinya kusimpan. Selang seminggu, aku baru teringat paketnya sudah sampai atau belum ya, karena normalnya 2 atau 3 hari sudah sampe. Pas cek di tracking ekspedisi, ternyata barangnya sudah sampai dan diterima kira-kira 3 hari yang lalu, yang menerima paket si kawan ini sendiri (ada foto menerima barang). Karena tidak ada kabar paketnya diterima, kukirimlah pesan, ecek-eceknya memastikan apakah paketnya sudah nyampe atau belum. Baru dibalas keesokan harinya (wajar, ibu baru melahirkan pasti masih repot sekali), dan jawabannya paketnya belum diterima. nanti kalau udah diterima akan dikabari lagi. Hiks....
Entahlah, mungkin sedang mellow dan feeling sentimental. Sedih saja rasanya ketika rasa bahagia dan berbunga2 yang kurasakan ketika milih kado ternyata langsung layu karena respon penerima.
Well, mungkin salah memang kalau berharap kepada manusia.